Skip to main content

Jejak Peradaban Sumbawa di Ai Renung


Jejak Sejarah di Air Renung, Situs Tersebut Telah Dilindungi Undang-Undang

Banyak cerita masa lalu yang belum terungkap, karena keterbatas informasi dan jejak-jeka peninggalan sejarah yang susah sekali didapatkan. Beberapa situs sejarah disumbawa seperti Istana Dalam Loka, Bala Kuning adalah yang pamiliar dimata masyarakat karena utuhnya bangunan tersebut hingga sekarang.

Cerita masa lalu bisa kita telusuri dari benda-benda peninggalan yang hingga kini masih ada. Situs Ai Renung di Sumbawa Besar, Pulau Sumbawa, NTB menyajikan cerita masa lalu itu melalui deretan sarkofagus. Situs Ai Renung adalah situs pertama yang ditemukan di Kabupaten Sumbawa.

Adalah Dinullah Rayes (Kabid Kebudayaan Kabupaten Sumbawa) dan Drs. Made Purusa (Balai Arkeologi Denpasar) yang berhasil menemukannya melalui penelitian pada tahun 1971. Pada penelitian pertama mereka hanya menemukan 3 buah sarkofagus atau kubur batu. Sedangkan pada penelitian selanjutnya ditemukan jenis yang sama hingga akhirnya kini terkumpul total 7 sarkofagus. Untuk melihat langsung situs ini tidaklah mudah. Kondisi jalan yang naik turun, berdebu dan berbatu diantara gugusan bukit membuat kekuatan fisik kita diuji.

Jejak Sejarah di Ai Renung. Terlihat pada gambar sebuah bongkahan batu besar

Pengunjung biasanya menggunakan mobil pribadi, angkutan pedesaan atau ojek menuju Desa Batu Tering. Selanjutnya, Anda harus berjalan kaki melewati jalan setapak dan kawasan hutan serta sawah selama 2 jam. Sesampainya disana kita akan melihat sarkofagus yang terpisah pada 5 lokasi. Beberapa sarkofagus masih dalam kondisi yang lengkap namun lainnya pecah serta bergeser dari tempat yang semestinya.

Sarkofagus di bagian timur laut dan utara pun serupa. Jika tenaga Anda masih kuat, mendakilah ke lereng perbukitan untuk melihat sarkofagus ganda yang ada di Gunung Sangka Bulan. Diperlukan waktu sekitar 15 – 20 menit untuk sampai ke titik ini.

Kebanyakan peti mayat yang terhampar di Ai Renung itu dipahat sejumlah ornamen seperti topeng, biawak dan sosok perempuan dalam berbagai posisi. Motif hias pada batu wadah mayat di Air Renung pada umumnya ditemukan juga pada wadah yang sama di Besuki, Sulawesi, Sumba dan Bali.

Anda juga akan melihat gambar alat kelamin yang melambangkan kesuburan, sedangkan binatang melata merupakan simbol dari hubungan alam arwah. Oya, situs ini mengarah ke Gunung Sangka Bulan. Hal itu mungkin berkaitan dengan kepercayaan masyarakat pra sejarah yang menganggap bahwa arwah berada di tempat yang tinggi.

Beberala Makan Peninggalan Sejarah 

Beberapa cerita mengatakan bahwa situs Ai Renung adalah bekas sebuah pusat kerajaan, sehingga kuburan yang ditemukan di lokasi ini disinyalir milik raja dan keluarganya. Sesuai dengan namanya, situs ini berada di areal persawahan Ai Renung yang termasuk dalam wilayah Desa Batu Tering Kecamatan Moyo Hulu.

Dari Sumbawa Besar lokasi ini berjarak sekitar 35 km ke arah selatan. Nama ‘Ai Renung’ sendiri berasal dari kata ‘ai’ yang berarti air dan ‘renung’ yang berarti pohon kapuk. Maksudnya adalah air yang keluar dari pohon kapuk dan sekaligus menjadi sumber air minum penduduk pasa masa itu.

Kini, pohon kapuk yang dimaksud sudah tumbang dan disertai dengan menurunnya kondisi alam serta lingkungan hutan sehingga menyebabkan mata air ini sudah tidak ada lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Labaong Bukit Timbunan Tulang, Cerita Rakyat Dalam Sebuah Buku

Judul: Labaong Bukit Timbunan Tulang Pengarang: Soedjono Masdi Samidjo Tebal Buku: 93 Halaman Buku karya Soedjono Masdi ini menceritakan tentang legenda tentang seorang Puteri Raja yang terbuang menjadi tutur pinutur dari generasi ke generasi. Konon di sebuah bukit ia dikucilkan karena tubuhnya menjijikan. Sang puteri itu menyatu dengan bukit itu. La Gawa  adalah seorang yang disegani di wilayahnya (Sumbawa), dia juga pemimpin bajak laut Bintang Tiga. Para Kolonial sangat benci dengannya, begitupula dengan mertua La Gawa sendiri (Rangga). La Gawa tidak pernah mematuhi perintah yang diberikan oleh mertuanya karena ia tahu bahwa mertuanya hanya mengingikan jabatan tinggi di kerajaan. Suatu hari La Gawa diusir oleh mertuanya karena ia tanpa sengaja telah memukuli istrinya sendiri. La Gawa pun menggembara tanpa seorng istri di sampingnya (Lala Bueng).  La Gawa bertekad akan berkorban demi rakyat serta wilayah tempat tinggal istrinya. La Gawa dating ke Port Roterdam di Makasar untuk menemui

Asal Mula Batu Balo

Batu Balo adalah cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Desa Empang Bawa, Kecamatan Empang, Sumbawa. Pada zaman dulu tersebutlah seorang raja bernama Raja Kepe. Raja Kepe memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dara Belang. Tibalah suatu hari, sang raja memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menikahkan putrinya dengan seorang raja asal negeri Garegat bernama Balo Kuntung. Hal ini dilakukan karena Raja Kepe telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Balo Kuntung tersebut. Mengetahui hal itu, Dara Belang sangat senang, dia akan mengakhiri masa mudanya karena akan segera dipersunting oleh Balo Kuntung yang telah diketahuinya memiliki rupa yang sangat tampan dan tubuh perkasa. Dara Belang pun tidak sabar menunggu hari baik dalam hidupnya itu. Hingga suatu hari, tersiar kabar bahwa Balo Kuntung dan keluarga besarnya akan mengunjungi keluarga Raja Kepe. Tibalah hari yang dinantikan kedua pihak keluarga, Balo Kuntung beserta rombonganpun segera berlayar

'Lalu Dia Lala Jinis' Cerita Rakyat Dalam Sebuah Novel

Sebuah novel karya sastrawan sumbawa Dinullah Rayes ini menceritakan tentang perjuangan cinta antara putri dari kerajaan seran yang sangat cantik jelita Lala Jinis dengan seorang pangeran yang tampan asal negeri Alas Lalu Dia. Cerita rakyat ini telah ada sejak zaman dahuluu dan turun temurun dikalangan masyarakat. Bahkan beberapa waktu lalu cerita rakyat yang sarat akan perjuangan cinta ini, pernah ditampilkan dalam sebuah drama oleh sanggar seni Lonto Engal ditaman budaya mataram dan terbilang sukses. Lala Jinis adalah seorang putri raja Seran yang sangat cantik jelita, oleh karena itu banyak laki-laki yang mengidamkannya, tak terkecuali Ran Pangantan, seorang putra panglima besar di kerajaan Seran kala itu. Terpesona oleh kecantikan serta latar belakang keluarga lala jinis yang kaya raya, Ran Pangantan bersama ayahandannya pun melamar sang putri. Niat Ran pangantan untuk mempersunting Lala jinis lansung diterima oleh sang Raja dan permaisuri. Dari situlah penderitaan Lala Jinis dimul