Skip to main content

Sepintas Mengenai Rumah Panggung Suku Sumbawa


Ilustrasi Rumah Panggung (foto: Rafif Amir)

Penduduk Sumbawa bersifat Egaliter, mereka terbuka menerima siapapun yang datang. Ada suku Sasak dari Lombok, suku Bima, dan juga kaum pendatang dari Bali,Mandar, Jawa dan sebagainya. Namun satu yang unik ketika sejenak memandangi Sumbawa. hal yang unik tersebut bisa dilihat dari bentuk masing-masing rumah masyarakat Sumbawa pada umumnya.

Jika kita memandang dengan seksama, rumah dari penduduk Sumbawa atau suku Samawa pada umumnya masih berbentuk rumah panggung atau rumah yang berbahan dasar dari kayu. Bagaimanakah sisik melik rumah panggung ini? yuk kita baca sejenak.

Sejarah Rumah Panggung 

Menurut cerita yang berkembang dari berbagai sumber, pada awalnya rumah panggung tersebut dibangun karena masyarakat setempat umumnya hidup dan bertempat tinggal di sekitar pantai. Sehingga untuk menghindari gelombang air laut, dibutuhkan rumah tempat tinggal yang lantai dasarnya tidak langsung menempel ke tanah.

Bentuk Rumah Panggung

Rumah panggung disini berbentuk panggung, atau lantai dasar rumah yang tidak langsung menempel pada permukaan tanah, tapi dibatasi oleh batu pipih yang gunanya sebagai alas pondasi antara tanah dan kayu-kayu sebagai pondasi. Jumlah anak tangganya bervariasi, tetapi rata-rata berjumlah lima anak tangga. Sedangkan kolong rumah panggung ini digunakan sebagai tempat penyimpanan kelapa.

Rumah panggung ini terbuat dari kayu dua banga yang banyak terdapat di hutan-hutan di pulau Sumbawa. Setiap rumah kurang lebih membutuhkan 3-4 kubik kayu, tetapi bervariasi sesuai ukuran rumah yang akan dibangun juga. Sedangkan harga perkubik kayu saat ini mencapai satu jutaan. Padahal sewaktu PT Vener Indonesia, yang bergerak dibidang penebangan kayu, masih berjaya, harga perkubiknya hanya sekitar 300-400 ribu rupiah.

Salah satu penyebab masyarakat beralih dari rumah panggung ke rumah biasa adalah semakin sulitnya mendapatkan kayu karena meningkatnya harga kayu. Rata-rata masyarakat yang memiliki rumah panggung adalah mantan pegawai PT Vener Indonesia. Saat ini PT Vener Indonesia telah ditutup seiring dengan pesatnya illegal logging dan merasa kalah bersaing mengingat masih rendahnya kepedulian pemerintah dalam menegakkan regulasi mengenai hal ini.

Kelebihan Rumah Panggung

1. Konstruksi rumah panggung lebih tahan gempa.
2. Karena dasar bangunan tidak langsung menempel ke permukaan tanah, maka dapat menjaga daerah resapan air dan mengurangi kerusakan akibat pondasi.
3. Karena rumah panggung terletak di atas, rumah ini cenderung lebih aman dari banjir.
4. Kolong rumah panggung dapat dijadikan sebagai tempat memelihara ternak dan gudang penyimpanan, misalnya menyimpan hasil panen kelapa.
5. Dapat memandikan jenazah di dalam rumah, karena airnya akan langsung turun ke tanah melalui celah-celah lantai kayu.

Nah sekiranya itulah sedikit ulasan kami mengenai rumah panggung masyarakat Sumbawa. Jika anda memiliki referensi lebih dari rumah ini. kalian bisa menghubungi kami lewat email atau kolom komentar untuk melengkapi artikel ini.

Comments

Popular posts from this blog

Labaong Bukit Timbunan Tulang, Cerita Rakyat Dalam Sebuah Buku

Judul: Labaong Bukit Timbunan Tulang Pengarang: Soedjono Masdi Samidjo Tebal Buku: 93 Halaman Buku karya Soedjono Masdi ini menceritakan tentang legenda tentang seorang Puteri Raja yang terbuang menjadi tutur pinutur dari generasi ke generasi. Konon di sebuah bukit ia dikucilkan karena tubuhnya menjijikan. Sang puteri itu menyatu dengan bukit itu. La Gawa  adalah seorang yang disegani di wilayahnya (Sumbawa), dia juga pemimpin bajak laut Bintang Tiga. Para Kolonial sangat benci dengannya, begitupula dengan mertua La Gawa sendiri (Rangga). La Gawa tidak pernah mematuhi perintah yang diberikan oleh mertuanya karena ia tahu bahwa mertuanya hanya mengingikan jabatan tinggi di kerajaan. Suatu hari La Gawa diusir oleh mertuanya karena ia tanpa sengaja telah memukuli istrinya sendiri. La Gawa pun menggembara tanpa seorng istri di sampingnya (Lala Bueng).  La Gawa bertekad akan berkorban demi rakyat serta wilayah tempat tinggal istrinya. La Gawa dating ke Port Roterdam di Makasar untuk menemui

Asal Mula Batu Balo

Batu Balo adalah cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Desa Empang Bawa, Kecamatan Empang, Sumbawa. Pada zaman dulu tersebutlah seorang raja bernama Raja Kepe. Raja Kepe memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dara Belang. Tibalah suatu hari, sang raja memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menikahkan putrinya dengan seorang raja asal negeri Garegat bernama Balo Kuntung. Hal ini dilakukan karena Raja Kepe telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Balo Kuntung tersebut. Mengetahui hal itu, Dara Belang sangat senang, dia akan mengakhiri masa mudanya karena akan segera dipersunting oleh Balo Kuntung yang telah diketahuinya memiliki rupa yang sangat tampan dan tubuh perkasa. Dara Belang pun tidak sabar menunggu hari baik dalam hidupnya itu. Hingga suatu hari, tersiar kabar bahwa Balo Kuntung dan keluarga besarnya akan mengunjungi keluarga Raja Kepe. Tibalah hari yang dinantikan kedua pihak keluarga, Balo Kuntung beserta rombonganpun segera berlayar

'Lalu Dia Lala Jinis' Cerita Rakyat Dalam Sebuah Novel

Sebuah novel karya sastrawan sumbawa Dinullah Rayes ini menceritakan tentang perjuangan cinta antara putri dari kerajaan seran yang sangat cantik jelita Lala Jinis dengan seorang pangeran yang tampan asal negeri Alas Lalu Dia. Cerita rakyat ini telah ada sejak zaman dahuluu dan turun temurun dikalangan masyarakat. Bahkan beberapa waktu lalu cerita rakyat yang sarat akan perjuangan cinta ini, pernah ditampilkan dalam sebuah drama oleh sanggar seni Lonto Engal ditaman budaya mataram dan terbilang sukses. Lala Jinis adalah seorang putri raja Seran yang sangat cantik jelita, oleh karena itu banyak laki-laki yang mengidamkannya, tak terkecuali Ran Pangantan, seorang putra panglima besar di kerajaan Seran kala itu. Terpesona oleh kecantikan serta latar belakang keluarga lala jinis yang kaya raya, Ran Pangantan bersama ayahandannya pun melamar sang putri. Niat Ran pangantan untuk mempersunting Lala jinis lansung diterima oleh sang Raja dan permaisuri. Dari situlah penderitaan Lala Jinis dimul