Skip to main content

Karapan Ayam Desa Mantar, Cerita Unik Negeri Atas Awan

Tradisi unik, Karapan Ayam Desa Mantar KSB masih terjaga

Hallo sahabat. Tahukah kalian, selain dikenal memiliki panorama alam yang memukau, Desa Mantar, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat juga memiliki tradisi unik yang hingga sampai saat ini masih dilakukan. Masyarakat di sana gemar dengan permainan Karapan Ayam. Hampir sama dengan karapan sapi, yang berbeda hanya hewan yang dibalapkannya.

Ayam-ayam yang dilombakan akan dipasangkan tongkat (noga) untuk mengikat kedua ayam jantan tersebut. Jika joki karapan sapi akan naik di belakang, joki karapan ayam akan menggiring ayam menggunakan rotan yang ujungnya dibelah-belah dan dipasangkan hiasan warna-warni (lutar). Tujuannya untuk menarik perhatian ayam,

Ayam akan dikatakan menang jika mencatat waktu tercepat melewati garis finish yang ditandai dengan sebatang toggak kayu yang dinamakan saka. Selain itu, ayam tidak boleh keluar dari garis batas arena. Sayangnya, tidak semudah yang dibayangkan untuk mengendalikan kedua ayam tersebut. Banyak tim yang nyasar, ada juga yang menembus kerumunan penonton. Meski demikian, hal itulah yang membuat penonton tertawa riang.

Dirangkum dari berbagai sumber, penonton tidak hanya dihibur oleh balapannya, tapi mereka akan terkagum melihat ayam-ayam jago dihias sedemikian rupa, dengan nama yang unik dan aneh. Pemilik ayam yang kreatif, hiasan yang dipakai akan mengandung unsur seni yang akan membuat ayamnya tampil cantik. Tidak hanya ayam, tempat penyimpanan ayam pun jadi sasaran untuk dipoles.

Ayam yang akan dilombakan akan mendapat ruwatan terlebih dulu oleh Sandro (orang pintar dalam bahasa Sumbawa). Mantra khusus akan diberikan kepada ayam-ayam itu. Setiap ayam memiliki Sandro pribadinya, sehingga ruwatan yang diberikan pun akan berbeda.

Jika ayam sudah menjadi sang juara, nilai jual pun naik. Apalagi jika juara berkali-kali, pembeli pun harus siap merogoh kocek yang cukup tinggi.

Semoga Karapan Ayam di Mantar bisa terus dilakukan hingga generasi selanjutnya tetap bisa merasakan kemeriahan daei tradisi ini.

Sumber: Otonomi.co.id

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Labaong Bukit Timbunan Tulang, Cerita Rakyat Dalam Sebuah Buku

Judul: Labaong Bukit Timbunan Tulang Pengarang: Soedjono Masdi Samidjo Tebal Buku: 93 Halaman Buku karya Soedjono Masdi ini menceritakan tentang legenda tentang seorang Puteri Raja yang terbuang menjadi tutur pinutur dari generasi ke generasi. Konon di sebuah bukit ia dikucilkan karena tubuhnya menjijikan. Sang puteri itu menyatu dengan bukit itu. La Gawa  adalah seorang yang disegani di wilayahnya (Sumbawa), dia juga pemimpin bajak laut Bintang Tiga. Para Kolonial sangat benci dengannya, begitupula dengan mertua La Gawa sendiri (Rangga). La Gawa tidak pernah mematuhi perintah yang diberikan oleh mertuanya karena ia tahu bahwa mertuanya hanya mengingikan jabatan tinggi di kerajaan. Suatu hari La Gawa diusir oleh mertuanya karena ia tanpa sengaja telah memukuli istrinya sendiri. La Gawa pun menggembara tanpa seorng istri di sampingnya (Lala Bueng).  La Gawa bertekad akan berkorban demi rakyat serta wilayah tempat tinggal istrinya. La Gawa dating ke Port Roterdam di Makasar untuk menemui

Asal Mula Batu Balo

Batu Balo adalah cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Desa Empang Bawa, Kecamatan Empang, Sumbawa. Pada zaman dulu tersebutlah seorang raja bernama Raja Kepe. Raja Kepe memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dara Belang. Tibalah suatu hari, sang raja memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menikahkan putrinya dengan seorang raja asal negeri Garegat bernama Balo Kuntung. Hal ini dilakukan karena Raja Kepe telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Balo Kuntung tersebut. Mengetahui hal itu, Dara Belang sangat senang, dia akan mengakhiri masa mudanya karena akan segera dipersunting oleh Balo Kuntung yang telah diketahuinya memiliki rupa yang sangat tampan dan tubuh perkasa. Dara Belang pun tidak sabar menunggu hari baik dalam hidupnya itu. Hingga suatu hari, tersiar kabar bahwa Balo Kuntung dan keluarga besarnya akan mengunjungi keluarga Raja Kepe. Tibalah hari yang dinantikan kedua pihak keluarga, Balo Kuntung beserta rombonganpun segera berlayar

'Lalu Dia Lala Jinis' Cerita Rakyat Dalam Sebuah Novel

Sebuah novel karya sastrawan sumbawa Dinullah Rayes ini menceritakan tentang perjuangan cinta antara putri dari kerajaan seran yang sangat cantik jelita Lala Jinis dengan seorang pangeran yang tampan asal negeri Alas Lalu Dia. Cerita rakyat ini telah ada sejak zaman dahuluu dan turun temurun dikalangan masyarakat. Bahkan beberapa waktu lalu cerita rakyat yang sarat akan perjuangan cinta ini, pernah ditampilkan dalam sebuah drama oleh sanggar seni Lonto Engal ditaman budaya mataram dan terbilang sukses. Lala Jinis adalah seorang putri raja Seran yang sangat cantik jelita, oleh karena itu banyak laki-laki yang mengidamkannya, tak terkecuali Ran Pangantan, seorang putra panglima besar di kerajaan Seran kala itu. Terpesona oleh kecantikan serta latar belakang keluarga lala jinis yang kaya raya, Ran Pangantan bersama ayahandannya pun melamar sang putri. Niat Ran pangantan untuk mempersunting Lala jinis lansung diterima oleh sang Raja dan permaisuri. Dari situlah penderitaan Lala Jinis dimul