Skip to main content

Selain Pemandangan Memukau, Berikut Fakta Menarik Desa Mantar yang Wajib Diketahui

Pesona Keindahan Mantar

Desa wisata Bukit Mantar yang terletak di salah satu desa di wilayah Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB ini berada tepat di atas punggung bukit pada ketinggian 630 meter di atas permukaan laut.

Layangkan pandangan ke arah sekitarnya, sejauh mata memandang yang tersaji adalah keindahan yang berupa perpaduan panorama alam yang memesona dan hawa dingin khas pegunungan. Arahkan pandangan ke barat, Anda akan menyaksikan gugusan pulau dan keindahan pemandangan alam dengan latar belakang pulau Lombok dan Selat Alas. Di sisi lain dari atas punggung Bukit Mantar tampak Pulau Panjang yang membentang seakan membelah laut perairan Selat Alas.

Dari punggung bukit itu kita juga bisa memandang Gunung Rinjani yang terkenal di dunia karena keindahan dan keunikannya. Dari puncak bukit Mantar kita juga bisa menikmati gugusan pulau-pulau kecil yang dikenal dengan sebutan “Gili Balu” (delapan pulau kecil).

Pulau-pulau yang tak berpenghuni itu adalah Pulau Kenawa, Pulau Mendaki, Pulau Paserang, Pulau Belang, Pulau Ular, Pulau Nako dan Pulau Kalong. Salah satunya Pulau Kenawa dengan luas 3,80 hektare dan panjang pantai 1,73 kilometer kini cukup dikenal wisatawan nusantara maupun mancanegara. Pulau Kenawa yang dihiasi padang sabana itu telah dilengkapi fasilitas penginapan dan pelabuhan wisata, berjarak hanya 1,63 kilometer dari daratan Pulau Sumbawa.

Tak hanya indah, ternyata Desa Mantar memiliki sederet fakta unik dan menarik yang patut ditelusuri. Apa saja diantaranya, yuk simak.

1. Misteri Albino di Desa Mantar


Sumber: Wikipedia

Menurut penuturan tokoh masyarakat yang juga Ketua Adat Desa Mantar M. Nasir, konon penduduk Desa Mantar merupakan keturunan dari bangsa Portugis yang kapalnya terdampar dan rusak di perairan pantai di bawah Bukit Mantar tahun 1814 yang kini masuk wilayah Desa Tuananga, Kecamatan Poto Tano.

Versi Wikipedia, nenek moyang penduduk mantar memang berasal dari sejumlah suku bangsa seperti Portugis, Jerman, Arab dan sebagian orang Gresik Jawa Timur. Awalnya ada sebuah kapal pedagang cina di abad 16  yang membawa puluhan orang dari suku bangsa tersebut, namun saat melewati selat alas sumbawa, kapal karam dan terdampar.

Para penumpang kapal itu terpaksa menetap di Desa Kuang Buser dan Tuananga. Kemudian mereka mendaki lereng bukit yang tak jauh dari Selat Alas Sumbawa dan akhirnya menetap di pucak bukit di atas permukaan laut yang dinamakan Mount Tarry. Entah bagaimana ceritanya, kini tempat tersebut menjadi Desa Mantar. Mungkin faktor kesamaan bunyi nama tempatnya.

Di desa Mantar terdapat 7 orang albino yang hingga kini keberadaannya masih menjadi misteri. Mengapa ada keturunan desa mantar yang Albino dan sejak dulu jumlahnya hanya 7 orang saja?

Keberadaan albino di desa Mantar memang seringkali dikaitkan dengan legenda dan asal-muasal nenek moyang orang Mantar. Namun mengapa hanya ada 7 orang saja, ini masih misterius.

Sejauh ini hanya ada 7 orang albino yang hidup, tidak boleh lebih. Ketika ada seorang albino lagi yang lahir, maka itu pertanda aka nada albino lain yang meninggal.

Ada versi yang menjelaskan bahwa dahulu ada 7 suku bangsa sebagai nenek moyang penduduk desa Mantar. Sehingga sampai sekarang hanya boleh 7 orang albino yang hidup, sebagai simbolisasi yang mewakili asal-usul nenek moyang mereka. Yang jelas jika ada 1 albino lagi yang lahir, maka salah satu dari 7 albino yang hidup akan meninggal dengan tanpa tanda-tanda atau sakit sebelumnya.

Versi lain menyebutkan tujuh albino muncul saat leluhur penduduk mantar asal Gresik bernama abdulrahman sebelum meninggal berpesan bahwa hanya boleh ada 7 albino di desanya. Sejak itu lah setiap muncul bayi albino ke delapan, maka salah satu dari albino yang hidup akan meninggal dunia.


2. Surga di Atas Awan


Foto: Kompas

Desa Mantar merupakan desa yang terletak dikondisi ketinggian 630 mdpl, tidak dipungkiri untuk mencapai lokasi ini harus menempuh jarak yang panjang melewati bebatuan yang terjal. Diperlukan kendaraan 4WD untuk bisa mengakses kesana dengan aman, paling enak kita bisa mengendarai kuda menuju desa Mantar selama 1-2 jam dari Desa Tuananga. Sesampainya di Desa mantar, kita akan dimanjakan dengan pemandangan yang indah. Dari atas kita bisa melihat selat alas dan gunung Rinjani yang membentang sepanjang mata.

3. Memiliki Sejarah yang Kental


Foto: Google

Desa mantar mempunyai cerita sejarah yang sangat kental. Konon penduduk desa ini merupakan 7 orang yang terdiri atas orang Afrika, Jerman dan Indonesia (salah satunya dari Gresik) yang terdampar pada abad ke 16 karena kapalnya karam. Mereka berjalan kepuncak dan bertemu dengan seorang Mantar (menteri/jenderal) dan ditunjukan sumber air disana untuk bertahan hidup. Akhirnya mereka menetap dan berkoloni.

4. Menyimpan Benda Sejarah Berupa Guci Tua

Foto: Eko Budiwa

Peninggalan 2 guci tua yang ditemukan di Masjid Desa Mantar, konon dipercayai merupakan simbolisasi laki-laki dan perempuan. Ada lagi peninggalan berupa Gong tua di mata air desa mantar. Dahulu kala gong ini dipakai untuk menutupi mata air yang tidak henti-hentinya mengeluarkan air (aer mante).

5. Mitos Pemimpin Masyarakat


Foto: Dorodaras.wordpress.com

Entah kenapa, sudah menjadi kepercayaan bagi masyarakat di desa Mantar bahwa yang harus menjadi pemimpin masyarakat haruslah merupakan kelompok keturunan Gresik. Konon disebutkan, ketika kapal karam kelompok mereka telah berikrar bahwa yang boleh memimpin kelompok mereka adalah orang Indonesia yang merupakan keturunan Gresik.

6. Karapan Ayam


Foto: Qubicle

Karapan ayam merupakan kebiasaan yang unik di desa mantar. Ayam-ayam yang dilombakan akan dipasangkan tongkat (noga) untuk mengikat kedua ayam jantan tersebut. Jika joki karapan sapi akan naik di belakang, joki karapan ayam akan menggiring ayam menggunakan rotan yang ujungnya dibelah-belah dan dipasangkan hiasan warna-warni (lutar). Tujuannya untuk menarik perhatian ayam.

Ayam akan dikatakan menang jika mencatat waktu tercepat melewati garis finish yang ditandai dengan sebatang toggak kayu yang dinamakan saka. Selain itu, ayam tidak boleh keluar dari garis batas arena. Sayangnya, tidak semudah yang dibayangkan untuk mengendalikan kedua ayam tersebut. Banyak tim yang nyasar, ada juga yang menembus kerumunan penonton. Meski demikian, hal itulah yang membuat penonton tertawa riang.

7. Dijadikan Lokasi Suting Film


Foto: Wikipedia

Desa mantar merupakan desa yang berhasil dijadikan tempat suting Serdadu Kumbang. Berbekal pesan moral yang sangat mendalam, film yang dimotori oleh Ari Sihasale ini sukses menggaet banyak penonton di Indonesia beberapa waktu lalu.

Nah, itulah beberapa sisi menarik dari Desa Mantar, KSB, Nusa Tenggara Barat. Penasaran dengan pesona keindahan alam di sana? Kami menunggu kedatanganmu.

Comments

Popular posts from this blog

Labaong Bukit Timbunan Tulang, Cerita Rakyat Dalam Sebuah Buku

Judul: Labaong Bukit Timbunan Tulang Pengarang: Soedjono Masdi Samidjo Tebal Buku: 93 Halaman Buku karya Soedjono Masdi ini menceritakan tentang legenda tentang seorang Puteri Raja yang terbuang menjadi tutur pinutur dari generasi ke generasi. Konon di sebuah bukit ia dikucilkan karena tubuhnya menjijikan. Sang puteri itu menyatu dengan bukit itu. La Gawa  adalah seorang yang disegani di wilayahnya (Sumbawa), dia juga pemimpin bajak laut Bintang Tiga. Para Kolonial sangat benci dengannya, begitupula dengan mertua La Gawa sendiri (Rangga). La Gawa tidak pernah mematuhi perintah yang diberikan oleh mertuanya karena ia tahu bahwa mertuanya hanya mengingikan jabatan tinggi di kerajaan. Suatu hari La Gawa diusir oleh mertuanya karena ia tanpa sengaja telah memukuli istrinya sendiri. La Gawa pun menggembara tanpa seorng istri di sampingnya (Lala Bueng).  La Gawa bertekad akan berkorban demi rakyat serta wilayah tempat tinggal istrinya. La Gawa dating ke Port Roterdam di Makasar untuk menemui

Asal Mula Batu Balo

Batu Balo adalah cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Desa Empang Bawa, Kecamatan Empang, Sumbawa. Pada zaman dulu tersebutlah seorang raja bernama Raja Kepe. Raja Kepe memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dara Belang. Tibalah suatu hari, sang raja memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menikahkan putrinya dengan seorang raja asal negeri Garegat bernama Balo Kuntung. Hal ini dilakukan karena Raja Kepe telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Balo Kuntung tersebut. Mengetahui hal itu, Dara Belang sangat senang, dia akan mengakhiri masa mudanya karena akan segera dipersunting oleh Balo Kuntung yang telah diketahuinya memiliki rupa yang sangat tampan dan tubuh perkasa. Dara Belang pun tidak sabar menunggu hari baik dalam hidupnya itu. Hingga suatu hari, tersiar kabar bahwa Balo Kuntung dan keluarga besarnya akan mengunjungi keluarga Raja Kepe. Tibalah hari yang dinantikan kedua pihak keluarga, Balo Kuntung beserta rombonganpun segera berlayar

'Lalu Dia Lala Jinis' Cerita Rakyat Dalam Sebuah Novel

Sebuah novel karya sastrawan sumbawa Dinullah Rayes ini menceritakan tentang perjuangan cinta antara putri dari kerajaan seran yang sangat cantik jelita Lala Jinis dengan seorang pangeran yang tampan asal negeri Alas Lalu Dia. Cerita rakyat ini telah ada sejak zaman dahuluu dan turun temurun dikalangan masyarakat. Bahkan beberapa waktu lalu cerita rakyat yang sarat akan perjuangan cinta ini, pernah ditampilkan dalam sebuah drama oleh sanggar seni Lonto Engal ditaman budaya mataram dan terbilang sukses. Lala Jinis adalah seorang putri raja Seran yang sangat cantik jelita, oleh karena itu banyak laki-laki yang mengidamkannya, tak terkecuali Ran Pangantan, seorang putra panglima besar di kerajaan Seran kala itu. Terpesona oleh kecantikan serta latar belakang keluarga lala jinis yang kaya raya, Ran Pangantan bersama ayahandannya pun melamar sang putri. Niat Ran pangantan untuk mempersunting Lala jinis lansung diterima oleh sang Raja dan permaisuri. Dari situlah penderitaan Lala Jinis dimul