Skip to main content

Budaya Masyarakat Sumbawa Karaci

Karaci, budaya masyarakat Sumbawa yang populer. Saat ini, Karaci mulai jarang ditemukan.

Permainan adu ketangkasan ini terdapat juga di daerah lain seperti di pulau Lombok yang disebut Perisaian. Perbedaan signifikan keduanya terdapat pada bentuk perisai. Pada permainan Karaci, bentuknya bulat lonjong, sedangkan Perisaian bentuknya empat persegi.

Permainan ini biasanya dilakukan pada waktu malam hari oleh dua orang pria dewasa yang memakai pakaian pembungkus khusus agar tidak sakit jika terkena pukulan, masing-masing memegang tongkat pemukul (“Semambu”) dan sebuah perisai (=”Empar”) berbentuk bulat lonjong yang terbuat dari kulit kambing atau kerbau. Masing-masing pria jagoan mewakili kelompok yang diawali dengan gerak tari (“ngumang”) serta berpantun (“Balawas”), mencari tandingan atau musuhnya.

Setelah menjumpai lawan yang seimbang, maka mereka mulai pertarungan dengan saling mencari kesempatan untuk dapat memukul lawannya, atau berpukul-pukulan. Di antara mereka terdapar 2 orang wasit pemisah yang masing- masing memegang tongkat pemisah (“pagala”) yang panjangnya sekitar 3-4 meter. Untuk menyemarakkan suasana selama berlangsungnya pertarungan, permainan ini diiringi pula oleh gendang atau beduk dan gong.

Permainan dilakukan dalam 2 babak, yang mula-mula dengan “Oker Owe”, saat ujung tongkat pemukul bersentuhan lebih dahulu. Babak kedua mencari kesempatan untuk memukul lawan dengan mengalahkannya, kemudian menari-nari (“ngumang”) di depan obor Bambu (=”bekas”) untuk memperagakan tubuhnya apakah ada bekas pukulan (“bilar”) atau tidak. Biasanya masing-masing jagoan dari masing-masing kelompok memiliki seorang “Sandro” (Dukun).

Karaci ini menunjukkan sifat Keberanian, Kejantanan, dan kekebalannya. Permainan ini pada masa kerajaan dilaksanakan di alun-alun istana. Namun sekarang ini diadakan dilapangan terbuka. Namun itupun hanya kadang-kadang saja. jika diantara sahabat ada yang ingin mencoba kerasnya permainanini lansung saja kesumbawa dijamin ngak nyesal.

Oleh: Ensiklopedia Sumbawa

Comments

  1. permainan ini biasanya di lakukan malam hari ? Lahh itu kok kenapa di gambarnya di lakukan siang hari coba ?

    ReplyDelete
  2. wah kerennya warna warni Indonesia

    ReplyDelete
  3. inilah budaya negara kita
    mantap post

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Labaong Bukit Timbunan Tulang, Cerita Rakyat Dalam Sebuah Buku

Judul: Labaong Bukit Timbunan Tulang Pengarang: Soedjono Masdi Samidjo Tebal Buku: 93 Halaman Buku karya Soedjono Masdi ini menceritakan tentang legenda tentang seorang Puteri Raja yang terbuang menjadi tutur pinutur dari generasi ke generasi. Konon di sebuah bukit ia dikucilkan karena tubuhnya menjijikan. Sang puteri itu menyatu dengan bukit itu. La Gawa  adalah seorang yang disegani di wilayahnya (Sumbawa), dia juga pemimpin bajak laut Bintang Tiga. Para Kolonial sangat benci dengannya, begitupula dengan mertua La Gawa sendiri (Rangga). La Gawa tidak pernah mematuhi perintah yang diberikan oleh mertuanya karena ia tahu bahwa mertuanya hanya mengingikan jabatan tinggi di kerajaan. Suatu hari La Gawa diusir oleh mertuanya karena ia tanpa sengaja telah memukuli istrinya sendiri. La Gawa pun menggembara tanpa seorng istri di sampingnya (Lala Bueng).  La Gawa bertekad akan berkorban demi rakyat serta wilayah tempat tinggal istrinya. La Gawa dating ke Port Roterdam di Makasar untuk menemui

Asal Mula Batu Balo

Batu Balo adalah cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Desa Empang Bawa, Kecamatan Empang, Sumbawa. Pada zaman dulu tersebutlah seorang raja bernama Raja Kepe. Raja Kepe memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dara Belang. Tibalah suatu hari, sang raja memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menikahkan putrinya dengan seorang raja asal negeri Garegat bernama Balo Kuntung. Hal ini dilakukan karena Raja Kepe telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Balo Kuntung tersebut. Mengetahui hal itu, Dara Belang sangat senang, dia akan mengakhiri masa mudanya karena akan segera dipersunting oleh Balo Kuntung yang telah diketahuinya memiliki rupa yang sangat tampan dan tubuh perkasa. Dara Belang pun tidak sabar menunggu hari baik dalam hidupnya itu. Hingga suatu hari, tersiar kabar bahwa Balo Kuntung dan keluarga besarnya akan mengunjungi keluarga Raja Kepe. Tibalah hari yang dinantikan kedua pihak keluarga, Balo Kuntung beserta rombonganpun segera berlayar

'Lalu Dia Lala Jinis' Cerita Rakyat Dalam Sebuah Novel

Sebuah novel karya sastrawan sumbawa Dinullah Rayes ini menceritakan tentang perjuangan cinta antara putri dari kerajaan seran yang sangat cantik jelita Lala Jinis dengan seorang pangeran yang tampan asal negeri Alas Lalu Dia. Cerita rakyat ini telah ada sejak zaman dahuluu dan turun temurun dikalangan masyarakat. Bahkan beberapa waktu lalu cerita rakyat yang sarat akan perjuangan cinta ini, pernah ditampilkan dalam sebuah drama oleh sanggar seni Lonto Engal ditaman budaya mataram dan terbilang sukses. Lala Jinis adalah seorang putri raja Seran yang sangat cantik jelita, oleh karena itu banyak laki-laki yang mengidamkannya, tak terkecuali Ran Pangantan, seorang putra panglima besar di kerajaan Seran kala itu. Terpesona oleh kecantikan serta latar belakang keluarga lala jinis yang kaya raya, Ran Pangantan bersama ayahandannya pun melamar sang putri. Niat Ran pangantan untuk mempersunting Lala jinis lansung diterima oleh sang Raja dan permaisuri. Dari situlah penderitaan Lala Jinis dimul