Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2016

Jejak Peradaban Sumbawa di Ai Renung

Jejak Sejarah di Air Renung, Situs Tersebut Telah Dilindungi Undang-Undang Banyak cerita masa lalu yang belum terungkap, karena keterbatas informasi dan jejak-jeka peninggalan sejarah yang susah sekali didapatkan. Beberapa situs sejarah disumbawa seperti Istana Dalam Loka, Bala Kuning adalah yang pamiliar dimata masyarakat karena utuhnya bangunan tersebut hingga sekarang. Cerita masa lalu bisa kita telusuri dari benda-benda peninggalan yang hingga kini masih ada. Situs Ai Renung di Sumbawa Besar, Pulau Sumbawa, NTB menyajikan cerita masa lalu itu melalui deretan sarkofagus. Situs Ai Renung adalah situs pertama yang ditemukan di Kabupaten Sumbawa. Adalah Dinullah Rayes (Kabid Kebudayaan Kabupaten Sumbawa) dan Drs. Made Purusa (Balai Arkeologi Denpasar) yang berhasil menemukannya melalui penelitian pada tahun 1971. Pada penelitian pertama mereka hanya menemukan 3 buah sarkofagus atau kubur batu. Sedangkan pada penelitian selanjutnya ditemukan jenis yang sama hingga akhirnya kini terkump

Asal Mula Batu Balo

Batu Balo adalah cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Desa Empang Bawa, Kecamatan Empang, Sumbawa. Pada zaman dulu tersebutlah seorang raja bernama Raja Kepe. Raja Kepe memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dara Belang. Tibalah suatu hari, sang raja memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menikahkan putrinya dengan seorang raja asal negeri Garegat bernama Balo Kuntung. Hal ini dilakukan karena Raja Kepe telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Balo Kuntung tersebut. Mengetahui hal itu, Dara Belang sangat senang, dia akan mengakhiri masa mudanya karena akan segera dipersunting oleh Balo Kuntung yang telah diketahuinya memiliki rupa yang sangat tampan dan tubuh perkasa. Dara Belang pun tidak sabar menunggu hari baik dalam hidupnya itu. Hingga suatu hari, tersiar kabar bahwa Balo Kuntung dan keluarga besarnya akan mengunjungi keluarga Raja Kepe. Tibalah hari yang dinantikan kedua pihak keluarga, Balo Kuntung beserta rombonganpun segera berlayar

Sekilas Tentang Buku Joki Kecil Berhak Belajar

Buku ini menyajikan pengalaman lapangan, berusaha membuka tabir anak-anak ditengah deru arena Main Jaran (Pacuan Kuda). Belajar bukan saja kebutuhan bagi para joki kecil di sumbawa, akan tetapi hak dasar bagi setiap warga negaranya. Dalam penerbitan buku ini tentunya dibantu oleh beberapa pihak, terutama Pertamina Foundation, LPPH Sumbawa, P3T UTS, Pemerintah Kabupaten Sumbawa, serta Mahasiswa Fakultas Psikologi UTS. Kata pengantar buku ditulis oleh Prof.  Dr. Mahsun, MS. Bagi segenap pembaca yang ingin memiliki buku ini bisa lansung menghubungi pihak Arpusda Sumbawa. Semoga dengan semakin banyaknya penerbitan buku-buku sumbawa khususnya, mampu mendobrak budaya literasi masyarakat kita. Oleh: Ensiklopedia Sumbawa

Mengungkap Kebenaran Sejarah Kerajaan Tangko di Empang

  Makam Aisyah, Putri dari Raja Kerajaan Tangko Sumber Foto: Yin Ude (Corong Bulaeng) Berdasarkan berbagai referensi sejarah, pada tahun 1357 Kerajaan Majapahit melakukan ekspedisi penaklukan ke Pulau Sumbawa, dengan pimpinan Mpu Nala. Dalam ekpedisi penaklukan ini telah berhasil dikuasai beberapa kerajaan di bagian barat dan timur Pulau Sumbawa, yakni Dompo (Dompu), Sapi (Sape), Gunung Api (Tambora), Taliwung (Taliwang), Seran (Seteluk), Hutan Kadali (Utan) dan Kerajaan Tangko (Empang). Dengan ditaklukkannya kerajaan- kerajaan ini maka agama Hindu menjadi agama di kerajaan yang ditaklukkan tersebut. Masih berdasarkan referensi sejarah Kerajaan Tangko Empang berada di wilayah Desa Ongko sekarang, dan dipimpin oleh seorang raja dengan gelar Batara. Ada beberapa sumber di Empang dan Tarano yang menyebutkan lokasinya bernama hutan Ai Pat, di kawasan pegunungan antara Desa Ongko- Banda (Kecamatan Tarano) dan Desa Mata (Kecamatan Tarano). Namun tidak ada bukti sejarah yang menjamin keben

Perjalanan Cinta Merak Jawa Mencari Santoana

Pada zaman dahulu di Pulau Jawa, hiduplah seekor burung cantik bernama Merak. Bulunya mengkilat, berwarna indah. Lehernya panjang jenjang dengan kibasan ekor bagaikan kipas. Merak yang cantik ini mendengar cerita dari teman-temannya sesama burung. "Ada seekor burung gagah bernama Santoana. Burung ini tinggal di Pulau Sumbawa. Hanya burung inilah yang pantas menjadi jodohmu. Kamu cantik dan Santoana gagah…" Hampir setiap hari Merak mendengar kata-kata ini dari teman-temanya. Akhirnya, pada suatu hari, Merak memutuskan untuk mencari Santoana. Di suatu pagi yang dingin, Merak pun pergi meninggalkan Pulau Jawa, yang ada di pikirannya hanyalah Santoana yang tampan. Perjalanan Merak memakan waktu berhari-hari. Beberapa laut dan pulau sudah dilewati. Ketika ia bertanya pada burung di setiap pulau, jawabannya selalu sama, "Terbanglah terus! Pulau itu berada agak jauh ke timur." Jawaban dari para burung itu tidak membuat Merak putus asa. Ia terus terbang,terbang… sampai akh

Mengenal Panglima Mayu Lebih Dekat, Panglima Perang Angkatan Laut Kerajaan Sumbawa

Banyak kisah yang menjadi catatan para pelaku sejarah di Kabupaten Sumbawa khususnya tentang gerak kiprah pembantu-pembantu Raja dalam mengawal daerah nya menjadi wilayah yang disegani. Haji M. Zain Anwar ( alm ) misalnya, adalah salah seorang pelaku sejarah yang memiliki sejumlah catatan tentang Sumbawa antara lain bagaimana hebatnya bala tentara kerajaan Sumbawa ketika melawan bajak laut yang selalu mengganggu dan meresahkan. Konon dahulunya perairan Sumbawa banyak dikuasai oleh bajak laut yang berlindung di Teluk Saleh bahkan konon pula mereka dilindungi oleh Raja Kempong Dompu. Banyak pedagang yang berlayar ke Sumbawa dirompak ditengah laut baik itu yang datang dari Sulawesi, Kalimantan dan sebagainya. Mereka lalu mengadu kepada Sultan Sumbawa agar bagaimana para bajak laut itu bisa dilumpuhkan. Tersebutlah seorang pelaut ulung dari Pulau Bungin yang memiliki kedekatan pribadi dengan Sultan dan keluarganya. Ia dijuluki Panglima Mayu karena ia adalah Panglima Perang Tentara Laut Ker

Asal Mula Batu Tongkok

Tersebutlah kisah seorang raja yang memiliki sepasang putera kembar. Raja tersebut menguasai daerah kerajaan yang cukup luas, dengan keadaan rakyat yang aman, damai dan makmur. Karena keadaan itulah maka raja sangat dicintai oleh rakyatnya. Putra raja yang kembar memilki kebiasaan yang unik dan aneh, yakni bila hendak makan maka lauknya harus menggunakan gula merah. Karena rasa sayang sang raja terhadap kedua puteranya, maka persediaan kerajaan akan gula merah tetap menjadi perhatian. Hal ini mengingat kelangsungan hidup dari kedua putera raja sangat bergantung dengan adanya gula merah. Salah satu upaya dari kerajaan untuk meningkatkan pembuatan gula merah adalah dengan menganjurkan kepada rakyatnya untuk menanam pohon aren yang nantinya dapat dijadikan bahan pembuat gula merah. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, pohon aren seluruh masyarakat tumbuh dengan subur. Hal ini membuat hati sang raja bergembira. “Bila keadaan terus begini maka rakyatku akan makmur dan kedua puteraku t

Menengok Keberadaan Suku Cek Bocek Sumbawa

Berikut adalah potret suku Cek Bocek yang mendiami wilayah Selatan Pulau Sumbawa Suku Cek Bocek atau suku Cek Bocek Selesek Reen Sury, juga disebut sebagai suku Berco, adalah salah satu suku yang terdapat di pulau Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat. Suku Cek Bocek merupakan penduduk asli pulau Sumbawa, yang mendiami bagian selatan pulau Sumbawa. Suatu hal yang aneh di pulau Sumbawa, adalah pemerintah daerah Sumbawa sendiri tidak mengakui keberadaan suku Cek Bocek. Dikatakan bahwa suku Cek Bocek itu tidak ada, alias keberadaan suku Cek Bocek ini tidak diakui oleh pemerintah daerah Sumbawa. Bahkan dikatakan bahwa suku Cek Bocek ini bukanlah suku asli pulau Sumbawa. Padahal suku Cek Bocek merupakan penduduk asli dan suku tua yang mendiami pulau Sumbawa bagian selatan, tepatnya merupakan penduduk asli kawasan hutan Dodo di wilayah Kecamatan Ropang. Mereka mengatakan bahwa daerah Dodo, pada masa dahulu adalah tempat pemukiman suku Cek Bocek, yang ditandai dengan adanya beberapa kuburan l

Sepintas Mengenai Sejarah dan Asal-Usul Suku Samawa

  Nampak Jelas Keseharian Suku Sumbawa (Sumber Foto: Adventours Sumbawa) Suku Sumbawa atau Tau Samawa, adalah suku yang terdapat di bagian barat pulau Sumbawa di provinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia. Populasi suku Sumbawa adalah sebesar 500.000 orang. Suku Sumbawa tersebar di dua kabupaten, yaitu kabupaten Sumbawa dan kabupaten Sumbawa Barat yang meliputi kecamatan Empang di ujung timur hingga kecamatan Taliwang dan Sekongkang yang berada di ujung barat dan selatan pulau, termasuk 38 pulau kecil di sekitarnya. Suku Sumbawa sendiri, selama beberapa abad ini mengalami percampuran dengan etnis pendatang, seperti etnis dari jawa, sumatra, sulawesi, kalimantan dan cina serta arab. Suku Sumbawa yang telah bercampur dengan etnis lain ini, biasanya bermukim di dataran rendah dan daerah-daerah pesisir. Sedangkan suku Sumbawa yang masih asli menempati dataran tinggi pegunungan seperti Tepal, Dodo dan Labangkar. Suku Sumbawa berbicara dalam bahasa Sumbawa. Bahasa Sumbawa menjadi bahasa persatua

Meneladani Kisah Cinta Datu Museng dan Istrinya Maipa

  Lukisan Datu Museng dan istrinya Maipa foto oleh Makassar Online Catalog Berawal dari tanah Galesong yang dulunya merupakan pusat Angkatan Laut kerajaan Gowa, telah merekrut pemuda dari berbagai daerah kekuasaan untuk dipekerjakan. Tersebutlah Ade Arangan dari Kesultanan Sumbawa yang datang memperkuat Angkatan Laut kerajaan Gowa di Galesong. Ade Arangan kemudian kawin dengan gadis bangsawan Galesong hingga melahirkan beberapa orang anak, diantaranya Karaeng Gassing. Anaknya Karaeng Gassing setelah dewasa kawin dengan gadis Galesong hingga membuahkan seorang anak bernama I Baso Mallarangang, atau lebih dikenal dengn nama Datu Museng. Pada usia 3 tahun, kedua orang tua Datu Museng dibunuh oleh pasukan Belanda. Ade Arangan kemudian memelihara cucunya dan menyelamatkannya dengan membawa ke negeri kelahirannya di kesultanan Sumbawa. Sampai di Sumbawa, Ade Arangan diterima baik oleh Sultan Sumbawa dan ia diberi tempat dan lahan perkebunan. Datu Museng yang sudah memasuki usia kana

'Lalu Dia Lala Jinis' Cerita Rakyat Dalam Sebuah Novel

Sebuah novel karya sastrawan sumbawa Dinullah Rayes ini menceritakan tentang perjuangan cinta antara putri dari kerajaan seran yang sangat cantik jelita Lala Jinis dengan seorang pangeran yang tampan asal negeri Alas Lalu Dia. Cerita rakyat ini telah ada sejak zaman dahuluu dan turun temurun dikalangan masyarakat. Bahkan beberapa waktu lalu cerita rakyat yang sarat akan perjuangan cinta ini, pernah ditampilkan dalam sebuah drama oleh sanggar seni Lonto Engal ditaman budaya mataram dan terbilang sukses. Lala Jinis adalah seorang putri raja Seran yang sangat cantik jelita, oleh karena itu banyak laki-laki yang mengidamkannya, tak terkecuali Ran Pangantan, seorang putra panglima besar di kerajaan Seran kala itu. Terpesona oleh kecantikan serta latar belakang keluarga lala jinis yang kaya raya, Ran Pangantan bersama ayahandannya pun melamar sang putri. Niat Ran pangantan untuk mempersunting Lala jinis lansung diterima oleh sang Raja dan permaisuri. Dari situlah penderitaan Lala Jinis dimul

Agal, Sebuah keindahan Air Terjun yang Menjulang

Air Terjun Agal Merente Sumbawa Di beberapa daerah di Indonesia, air terjun telah menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan. Ada yang sudah mainstream, namun tetap diminati, karena memang memiliki keindahan dan kelebihan yang mampu menarik siapapun untuk datang mengunjunginya. Mungkin anda sudah mengenal beberapa nama dan lokasi air terjun tertinggi dan terindah di Indonesia, seperti Air Terjun Sipiso piso di Sumatera Utara, Air Terjun Gojogan Sewu di jawa Tengah, Air Terjun Sendang Gile di Lombok Utara dan lain-lain. Disamping sisi keindahannya, air terjun adalah merupakan tempat yang ideal untuk relaksasi dan bermanfaat bagi penyegaran pikiran. Di Kabupaten Sumbawa terdapat banyak air terjun yang indah yang menghiasi lembah lembah pegunungannya. Beberapa diantara tempat-tempat menarik tersebut sulit dijangkau kecuali anda adalah pecinta wisata alam atau Hiking. Ada yang membutuhkan waktu 30 menit berjalan kaki, hingga 4 sampai dengan 6 jam  menembus rimba raya. Keterasingan d

Sejenak Mengamati Keindahan Pulau Kenawa

  Pulau kenawa Sumbawa Indonesia timur ibarat sebentang peta yang masih belum dikenali serta menantang untuk dijelajahi. Setiap orang bisa menjelajah lalu menambahkan berbagai informasi pada sebidang peta tersebut. Tak sekedar informasi tentang semesta yang indah yang dulu pernah memikat bangsa eropa dengan kekayaan rempah-rempah, flora dan fauna yang masih misterius dan memikat para petualang, tapi juga tentang keindahan yang seakan tak pernah habis untuk dibahas. Semua hal itu harusnya mampu memenuhi harapan orang-orang dalam melakukan sebuah perjalan dan wisata. Kekayaan alam Indonesia sepertinya mampu menjadi obat batin untuk membantu setiap individu melepaskan semua beban dan menjadi pengingat agar setiap individunya senantiasa bersyukur atas pemberian Tuhannya. Mungkin itu salah satu ungkapan yang sebenarnya tidak mampu mewakili keindahan yang dimiliki alam Indonesia. Terlalu banyak serpihan surga yang Tuhan ciptakan dan berikan kepada alam Indonesia. Pantai, gunung, sungai, dan

Dari Cerita Rayat Kini Menjadi Tarian Batu Nganga

Tarian Batu Nganga Tidak begitu banyak referensi yang membahas tentang tari batu nganga, sehingga membuat penulis sangat sulit menemukan bagian-bagian tari ini. Namun dari hasil pencarian penulis hanya menemukan sedikit referensi mengenai tulisan ini, seperti dibawah ini. Tari Batu Nganga adalah merupakan seni tari yang berlatar belakang tentang cerita rakyat. Konon ceritanya mengisahkan tentang Sang putri yang dikutuk didalam batu, tapi karena kecintaan rakyat terhadap putri raja tersebut, mereka akhirnya berbondong-bondog melakukan permohonan kepada sang kuasa untuk mengeluarkan sang putri dari batu tersebut, setelah beberapa saat batu tersebut kemudian terbuka dan putri pun akhirnya keluar dengan selamat. Begitulah sebagian cerita yang berekmbang ditengah masyarakat. Tak banyak referensi yang kita dapatkan mengenai tari batu nganga ini, tapi kami tetap berharap apa yang kami bagikan bisa menambah khazanah keilmuan kita semua.

Sekilas Tentang Tari Nguri, Tarian Asal Sumbawa yang Me-Nasional

Tari Nguri Merupakan Tari Penyambutan Tari Nguri adalah tarian tradisional dari Sumbawa, NTB,  yang dibawakan oleh penari wanita secara berkelompok. Tarian ini menggambarkan keterbukaan dan keramah-tamahan masyarakat Sumbawa yang dicurahkan dalam bentuk gerak tari. Tari Nguri ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Indonesia, khususnya di daerah Sumbawa sendiri sebagai daerah asalnya. Sejarah Tari Nguri Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Nguri berawal dari tradisi nguri yang dilakukan oleh masyarakat Sumbawa pada jaman dahulu, dimana masyarakat memberikan semangat kepada raja yang sedang mengalami berbagai masalah atau bencana melalui berbagai persembahan yang diberikannya. Tradisi ini merupakan sebuah dukungan, penghormatan serta pengabdian masyarakat terhadap raja yang memimpin dan menciptakan kemakmuran untuk masyarakat itu sendiri. Terinspirasi dari tradisi masyarakat tersebut, salah satu seniman dari Sumbawa bernama H. Mahmud Dea Batekal menc

Lala Bunte, Putri Cantik Asal Pamasar

Pada azaman dahulu kala  ada sebuah kerajaan Silang letaknya kira-kira 35 kilometer sebelah timur Sumbawa sekarang, tepatnya di Desa Pamasar di Kecamatan Plampang. Raja Silang mempunyai seorang putri yang sangat rupawan yang bernama Lala Buntar atau Lala Bunte panggilan Akrabnya. Diberikan nama demikian oleh ayahnya karena parasnya yang elok dan rupawan bagaikan bulan purnama ( Buntar dalam bahasa Sumbawa berarti Purnama ). Disamping parasnya yang rupawan Lala Bunte juga sangat boto ( Boto berarti terampil ). Salah satu keterampilannya adalah keahlian menenun kain. Kain tenun hasil tenunannya sangat indah dengan motif-motif khas yang mempesona, dan tenunannya itu sangat baik kwalitasnya. Hal ini membuat nama Lala Bunte semakin dikenal diseluruh pelosok negeri. Karena keterampilannya itu sang ayah sangat menyayangi Lala Bunte memberikan hadiah kepada puterinya berupa seperangkat alat tenun yang terbuat dari emas. Mendengar berita tentang Lala Bunte banyaklah putra-putra raja bahkan raja

Labaong Bukit Timbunan Tulang, Cerita Rakyat Dalam Sebuah Buku

Judul: Labaong Bukit Timbunan Tulang Pengarang: Soedjono Masdi Samidjo Tebal Buku: 93 Halaman Buku karya Soedjono Masdi ini menceritakan tentang legenda tentang seorang Puteri Raja yang terbuang menjadi tutur pinutur dari generasi ke generasi. Konon di sebuah bukit ia dikucilkan karena tubuhnya menjijikan. Sang puteri itu menyatu dengan bukit itu. La Gawa  adalah seorang yang disegani di wilayahnya (Sumbawa), dia juga pemimpin bajak laut Bintang Tiga. Para Kolonial sangat benci dengannya, begitupula dengan mertua La Gawa sendiri (Rangga). La Gawa tidak pernah mematuhi perintah yang diberikan oleh mertuanya karena ia tahu bahwa mertuanya hanya mengingikan jabatan tinggi di kerajaan. Suatu hari La Gawa diusir oleh mertuanya karena ia tanpa sengaja telah memukuli istrinya sendiri. La Gawa pun menggembara tanpa seorng istri di sampingnya (Lala Bueng).  La Gawa bertekad akan berkorban demi rakyat serta wilayah tempat tinggal istrinya. La Gawa dating ke Port Roterdam di Makasar untuk menemui

Mengintip Keindahan Dibalik Jaran Pusang

Sumber foto: Ardian jose Samsa Jika anda adalah orang yang gemar menjelajah, mengexplorasi keindahan alam, dan tentunya tertarik untuk mengunjungi daerah-daerah wisata baru, pada postingan kali ini saya akan menawarkan satu paket perjalanan ke sumbawa yang akan membuat liburan anda begitu berkesan dan menyenangkan. Terlebih lagi tak banyak yang mengetahui tempat ini karena mungkin keterbatasan informasi dan tulisan mengenai destinasi wisata yang satu ini. Sebagai sebuah kabupaten yang sudah cukup lama terbentuk, Sumbawa memiliki potensi wisata yang relatif lebih gampang dibandingkan Kabupaten yang lain. Lebih gampang disini maksudnya dari segi aksesibilitas. Apabila berangkat dari penerbangan Jakarta kita hanya perlu singgah di Denpasar atau Lombok Praya sebelum melanjutkan perjalanan ke kota Sumbawa Besar.Kalau menggunakan jalur laut biasanya memakan waktu 2 jam untuk sampai di pelabuhan poto tano sumbawa barat, dan dilanjutkan dengan perjalanan darat selama 3 jam untuk