Skip to main content

Banyak Kerbau yang Eksis di Ruang Publik Menjelang FesMo 2016



Oleh : Imron Fhatoni
(Ketua Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Empang-Mataram)

Festival tahunan masyarakat sumbawa dilaksanakan sebentar lagi, kabarnya festival ini digelar mulai dari 23 september hingga 10 oktober 2016 mendatang. Sekarang lebih dikenal dengan sebutan Fesmo. Bagi sebagian besar masyarakat Sumbawa pagelaran ini sangat menarik dan selalau ditunggu-tunggu, pasalnya ini merupakan wadah promosi pariwisata dan budaya sehingga diharapkan mampu menarik wisatawan  agar mengenal pulau sumbawa lebih dekat.

Setiap aset budaya kerap ditampilkan pada kegiatan ini, dan yang lebih menarik perhatian, pada tahun ini akan ada sejumlah kegiatan baru yang akan ditampilkan, Sumbawa Buffalo Carnaval salah satunya.

Sumbawa Buffalo Carnaval, dari namanya saja sudah membuat orang penasaran, imajinasi kita diarahkan kepada satu kegiatan yang menampilkan kerbau sebagai aktor utama. Mungkin benar mungkin saja salah, tapi sampai sekarang definisi terbaik yang dapat saya simpulkan seperti itu.

Terlepas dari teknis kegiatan, atau apapun bentuk kegiatan yang akan ditampilkan nanti dengan menggunakan kerbau sebagai aktor, di berbagai sosial media (sosmed) terutama facebook akhir-akhir ini kerbau tiba-tiba menjadi topik terhangat. Entah karena keikutsertaannya pada FesMo kali ini atau ada hal lain. Sebut saja Empang, salah satu kecamatan di wilayah timur Kabupaten Sumbawa ini digadang-gadang akan menggelar Festival yang sama bertepatan dengan pembukaan FesMo.

Sebegitu spesialkah hewan yang satu ini bagi masyarakat Sumbawa, sehingga masyarakat harus berlomba-lomba mengadakan Festival dengan menggunakan kerbau sebagai aktor utama? Atau apakah pemerintah telah mengeluarkan regulasi yang jelas akan keikutsertaan kerbau dalam berbagai Event pariwisata? Sehingga geliat masyarakat sumbawa untuk menjadikan kerbau sebagai salah satu simbol daerah semakin terpacu.

Lalu apa yang sedang terjadi pada hewan lain, Sapi misalnya, apa jangan-jangan quote yang mengatakan bahwa *NTB Bumi Sejuta Sapi* hanyalah kata-kata kosong yang hanya dibuat-buat?

Kenapa tidak menggunakan kuda yang sudah kudung dikenal oleh publik, apa jangan-jangan *Kuda Sumbawa* kita sudah melakukan imigrasi besar-besaran ke daerah tetangga?

Tapi terlepas dari itu semua saya sangat mengapresiasi kerja keras pemerintah dan masyarakat Sumbawa dalam upaya membangun Sumbawa melalui sektor pariwisata, terutama melalui agenda tahunan FesMo ini. Meskipun dominan masyarakat kita adalah petani yang cendrung menganggap Pariwisata dengan komoditas budaya sebagai barang mewah, yang sibuk memikirkan pupuk yang kian hari kian susah didapat, yang sibuk memikirkan harga padi yang tak menentu, yang sibuk memikirkan bibit, air untuk pertanian mereka yang sama sekali tidak gratis.

Meskipun sebagian besar masyarakat kita adalah nelayan yang selalu sibuk memikirkan iklim yang tidak menentu akibat maraknya terjadi penebangan liar, sibuk memikirkan harga bahan bakar yang kian hari semakin tidak bersahabat, sibuk memikirkan masa depan teluk yang menjadi penopang perekonomian mereka karena maraknya pengeboman ikan yang terjadi di sana. Meskipun sebagian besar masyarakat kita adalah peternak yang sibuk memikirkan ternak mereka, sibuk memikirkan keberadaan LAR yang kian hari digantikan oleh pemukiman.

Comments

  1. FesMo itu singkata apa mas? saya baca nggak nemu :)

    Sumbawa Buffalo Carnaval, pasti keren mas gelarannya, sya ngebayangin akan banyak melihat ragam jenis kerbau

    ReplyDelete
    Replies
    1. FesMo itu Singkatan dari Festival Moyo mas sebuah parade parawisata dan kebudayaan tahunan di sumbawa.

      Delete
  2. FesMo itu apakah balapan kerbau yang ada jokinya seperti karapan sapi di Madura?

    ReplyDelete
  3. maka beruntunglah yang menjadi kerbau dan tinggal serta dipelihara sama orang yang ikutan FAsMo, soalnya sang kerbau bisa ikut narsis juga tuh

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sejarah Perkembangan Lawas Sumbawa

Sumbawa (Samawa) mempunyai karya sastra lisan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman dahulu, salah satunya dalam bentuk puisi lisan. Puisi lisan yang dikenal dengan nama lawas merupakan media komunikasi dan ekspresi bagi masyarakat pemiliknya. Lawas sebagai fenomena budaya merupakan cerminan dari nilai-nilai yang hidup pada masyarakat di zamannya, karena itu nilai budaya tersebut sangat bersifat kontekstual. Lawas sebagai salah satu bentuk sastra lisan dalam masyarakat Sumbawa (Samawa) merupakan fenomena kebudayaan yang akan tetap hadir di tengah-tengah masyarakatnya. Cerminan nilai budaya daerah telah digunakan dalam mengembangkan budaya nasional, sehingga menempatkan sastra lisan sebagai bagian dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan. Maka sudah sepantasnyalah mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk menindaklanjuti semua itu dalam berbagai bentuk kegiatan. Lawas telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakatnya dalam berbagai...

Teluk Saleh Sumbawa, Rumahnya Pulau-Pulau Indah

Teluk Saleh, Pantai, pasir putih, lautan biru dan keragaman biota laut, merupakan suguhan menarik bagi para pecinta wisata bahari. Ada banyak lokasi menarik untuk menikmati kekayaan alam tersebut, begitupun apabila anda sedang berada di Pulau Sumbawa. Salah satu lokasi menarik untuk anda kunjungi ketika berlibur ke Pulau Sumbawa adalah Teluk Saleh yang memiliki keragaman dan kekayaan alam mengaggumkan. Nama Saleh dari teluk ini adalah nama yang hingga kini tak dikenal asal usulnya, tidak terdapat dalam catatan sejarah, baik catatan kuno maupun modern. Dalam beberapa Atlas lama, nama Teluk Saleh disebut “ Sallee”. Tapi yang jelas nama Saleh bukanlah nama raja-raja yang pernah berkuasa di pulau Sumbawa. Bukan pula nama seorang tokoh terkenal di Sumbawa. Jadi nama Saleh dari teluk ini masih merupakan sebuah misteri. Dalam bentangan luas laut birunya yang berkilau, teluk ini dihiasai oleh pulau-pulau cantik tak bertuan. Ada beberapa diantaranya yang dihuni oleh suku Bajo dan Bugis yang ber...

Sejarah Hubungan Kesultanan Sumbawa Dengan Kesultanan Banjar

Sejarah Hubungan Kesultanan Sumbawa Dengan Kesultanan Banjar (foto:Google) Sejak masa kerajaan dahulu atau sekitar abad ke-17, penduduk yang mendiami suatu daerah telah berbaur dengan daerah lain. Bugis, Makassar, Bali, Lombok dan sebagainya. Oleh karena itu tidak asing bagi suatu daerah termasuk di Sumbawa, kita telah mengenal berbagai suku yang ada di dalamnya. Termasuk di antarnaya Banjar. Tapi apakah suku ini memiliki hubungan dengan suku Sumbawa? tentu membutuhkan penalaran sejarah untuk mengungkapnya. Berikut beberapa catatan kecil tentang hubungan kesultanan Sumbawa dengan kesultanan Banjar. Periode Pertama Menurut hikayat Banjar dan Kotawaringin, pada masa pemerintahan sultan Banjar, sultan Rakyatullah (1660-1663) sempat menjalin hubungan bilateral dengan kerajaan Selaparang melalui ikatan perkawinan Raden Subangsa (Raden Marabut) bin pangeran Martasinga keturunan sultan Hidayatullah I bin sultan Rahmatullah yang menikah dengan Mas Surabaya puteri Selaparang. Hasil perkawinan t...