Skip to main content

Buku Lagenda Tanjung Menangis




Buku Lagenda Tanjung Menangis ini adalah
Karya Aries Zulkarnain. Legenda Tanjung Menangis merupakan legenda masyarakat Samawa di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Tanjung Menangis ini lahir bersamaan dengan munculnya legenda Tanjung Menangis ketika awal masuknya Islam ke daerah Sumbawa.

Tetapi ada juga yang memperkirakan jauh sebelum terbentuknya Kesultanan Sumbawa awal abad XVI. Mungkin juga jauh sebelum pemerintahan Dinasti Dewa Awan Kuneng, nama Tanjung Menangis belum ada, karena nama Batu Taker sampai sekarang pun tetap dipakai untuk pantai terjal berbatu curam di ujung tanjung.

Atau mungkin juga nama tersebut diperkuat oleh cerita angker para nelayan yang sering mendengar suara perempuan menangis tengah malam di ujung tanjung, semuanya tidak ada yang pasti. Masyarakat Sumbawa sekarang ini lebih terbiasa menyebut tanjung tersebut sebagai Tanjung Menangis berdasarkan legenda. Kalau menceriterakan legenda Tanjung Menangis berarti sama juga dengan menceriterakan legenda Ai-Awak.

Salah satu tokoh dalam legenda Tanjung Menangis adalah Lala Intan Bulaeng yang meratapi nasibnya di atas ketajaman batu-batu karang di tebing pantai. Suatu penderitaan yang tiada tertanggungkan. Kandasnya perahu di lautan masih ada harapan akan berlayar..., tetapi kandasnya cinta yang sedang berkembang? Sakitnya teramat pedih, bagaikan luka yang ditetesi air jeruk.

Oleh: Ensiklopedia Sumbawa

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Perkembangan Lawas Sumbawa

Sumbawa (Samawa) mempunyai karya sastra lisan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman dahulu, salah satunya dalam bentuk puisi lisan. Puisi lisan yang dikenal dengan nama lawas merupakan media komunikasi dan ekspresi bagi masyarakat pemiliknya. Lawas sebagai fenomena budaya merupakan cerminan dari nilai-nilai yang hidup pada masyarakat di zamannya, karena itu nilai budaya tersebut sangat bersifat kontekstual. Lawas sebagai salah satu bentuk sastra lisan dalam masyarakat Sumbawa (Samawa) merupakan fenomena kebudayaan yang akan tetap hadir di tengah-tengah masyarakatnya. Cerminan nilai budaya daerah telah digunakan dalam mengembangkan budaya nasional, sehingga menempatkan sastra lisan sebagai bagian dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan. Maka sudah sepantasnyalah mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk menindaklanjuti semua itu dalam berbagai bentuk kegiatan. Lawas telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakatnya dalam berbagai...

Teluk Saleh Sumbawa, Rumahnya Pulau-Pulau Indah

Teluk Saleh, Pantai, pasir putih, lautan biru dan keragaman biota laut, merupakan suguhan menarik bagi para pecinta wisata bahari. Ada banyak lokasi menarik untuk menikmati kekayaan alam tersebut, begitupun apabila anda sedang berada di Pulau Sumbawa. Salah satu lokasi menarik untuk anda kunjungi ketika berlibur ke Pulau Sumbawa adalah Teluk Saleh yang memiliki keragaman dan kekayaan alam mengaggumkan. Nama Saleh dari teluk ini adalah nama yang hingga kini tak dikenal asal usulnya, tidak terdapat dalam catatan sejarah, baik catatan kuno maupun modern. Dalam beberapa Atlas lama, nama Teluk Saleh disebut “ Sallee”. Tapi yang jelas nama Saleh bukanlah nama raja-raja yang pernah berkuasa di pulau Sumbawa. Bukan pula nama seorang tokoh terkenal di Sumbawa. Jadi nama Saleh dari teluk ini masih merupakan sebuah misteri. Dalam bentangan luas laut birunya yang berkilau, teluk ini dihiasai oleh pulau-pulau cantik tak bertuan. Ada beberapa diantaranya yang dihuni oleh suku Bajo dan Bugis yang ber...

Sejarah Hubungan Kesultanan Sumbawa Dengan Kesultanan Banjar

Sejarah Hubungan Kesultanan Sumbawa Dengan Kesultanan Banjar (foto:Google) Sejak masa kerajaan dahulu atau sekitar abad ke-17, penduduk yang mendiami suatu daerah telah berbaur dengan daerah lain. Bugis, Makassar, Bali, Lombok dan sebagainya. Oleh karena itu tidak asing bagi suatu daerah termasuk di Sumbawa, kita telah mengenal berbagai suku yang ada di dalamnya. Termasuk di antarnaya Banjar. Tapi apakah suku ini memiliki hubungan dengan suku Sumbawa? tentu membutuhkan penalaran sejarah untuk mengungkapnya. Berikut beberapa catatan kecil tentang hubungan kesultanan Sumbawa dengan kesultanan Banjar. Periode Pertama Menurut hikayat Banjar dan Kotawaringin, pada masa pemerintahan sultan Banjar, sultan Rakyatullah (1660-1663) sempat menjalin hubungan bilateral dengan kerajaan Selaparang melalui ikatan perkawinan Raden Subangsa (Raden Marabut) bin pangeran Martasinga keturunan sultan Hidayatullah I bin sultan Rahmatullah yang menikah dengan Mas Surabaya puteri Selaparang. Hasil perkawinan t...