Skip to main content

Eksistensi kerbau Ditengah masyarakat Sumbawa



Kerbau merupakan ternak yang memiliki potensi tinggi dalam penyediaan daging, dan merupakan ternak asli daerah panas dan lembab. Kerbau adalah salah satu hewan yang memiliki keunggulan yaitu mempunyai daya adaptasi yang luas mulai dari dataran rendah sampai pada daerah perbukitan, hutan dan rawa serta kawasan yang sangat kering dengan tetap dapat melanjutkan daya reproduktivitas untuk melanjutkan keturunan serta kemampuan produktivitas baik sebagai penghasil daging, susu, kulit dan tenaga kerja bagi keluarga peternak/petani.

Sumbawa mungkin satu-satunya wilayah yang menganut sistem LAR dalam pemeliharaan ternak. Sistem seperti ini dapat diartikan bahwa setiap ternak yang dimiliki oleh masyarakat baik berupa Kerbau, Sapi, Kuda atau yang lain akan dilepas begitu saja disebuah kandang komunal yang disebut lar ini. Lar ternak biasanya berada di pulau-pulau (Gili-gili) kecil sekitaran teluk saleh yang memiliki tingkat produktifitas yang baik bagi pakan ternak. Saat musim penghujan biasanya para masyarakat yang tidak memiliki lahan untuk berternak akan berbondong-bondong  mengantarkan ternak-ternaknya ini untuk dilepas di Lar masing-masing.

Pemandangan yang tidak biasapun akan anda temui disumbawa ketika berkendara pada musim kemarau, karena hampir di sepanjang jalan sumbawa anda akan menjumpai sejumlah ternak yang tidak diikat melintas begitu saja dijalan raya, uniknya ini tidak membuat si pemilik ternak takut kehilangan ternaknya, melainkan sudah merupakan pola didalam masyarakat yang terus berulang-ulang dari tahun ke tahun. Sehingga tidak jarang beberapa pengguna jalan disumbawa mengalami kecelakaan bukan dengan sesama pengguna jalan melainkan dengan ternak-ternak liar milik petani yang dilepas begitu saja di pinggir jalan.

Ternak yang akan paling sering anda jumpai ketika berkunjung kesumbawa adalah kerbau. Kerbau sudah menjadi bagian didalam kehidupan masyarakat  sumbawa sedari dulu. Disadari atau tidak kerbau layaknya sudah menjadi ikon bagi masyarakat sumbawa, Entah karena dulu hampir 50 persen proses bercocok tanam dari masyarakat sumbawa memanfaatkan tenaga kerbau sebagai pembantu utama. Kerbau digunakan untuk membajak sawah sebelum akhirnya eksistensi kerbau dalam dunia bercocok tanam mulai di gantikan dengan alat-alat pertanian dan sebagainya.

Sekarang eksistensi kerbau didalam dunia bercocok tanam masyarakat memang tidaklah seperti dulu, tapi bukan berarti kerbau akan luput ditengah-tengah masyarakat sumbawa. Karan kerbau yang semakin lama semakin menjadi daya tarik bagi Kabupaten Sumbawa Barat adalah alasan kuat bahwa kerbau tidak akan luput didalam kehidupan bermasyarakat sumbawa, bahkan kerbau biasanya hadir ditengah-tengah upacara adat seperti kawinan. Saking sudah melekat didalam kehidupan bermasyarakat sumbawa, tidak jarang kerbau digunakan sebagai tolak ukur bagi sebagian masyarakat untuk menilai tingkat ekonomi masyarakat lain. Jadi menurut pemahaman yang sudah mengakar ditengah-tengah masyarakat, untuk subjektifitas penilaian  kepada sesama, mereka tidak lagi melihat semegah apakah rumah, berapa pendapatan perkapita dari orang tersebut, apa pekerjaan pokok dari orang tersebut melainkan tingkat produktivitas dan jumlah kerbau yang dia dimiliki.

Dewasa ini, di era yang serba maju dan modern, dimana gelar sarjana tidak lagi mudah didapat seperti dulu, kerbau kembali mengemban peran vitalnya ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, tidak jarang beberapa ekor kerbau terjual utnuk menyekolahkan si anak. karena masyarakat sumbawa yang mayoritasnya betani ini sadar, mengandalkan hasil pertanian dengan lahan seadanya, tidak akan mudah, si kerbau yang sudah dirawat sebaik mungkin biasanya dijual untuk kepentingan wisuda, dan lain-lain.

Tapi suatu kejanggalan akhir-akhir ini muncul menyoal potensi kerbau sumbawa yang kian hari kian mengalami kekurangan, Kerbau yang biasanya dulu memiliki sumber makanan mudah disepanjang jalan, kini tidak lagi, kini kerbau pulang kandang bukan untuk makan melainkan karena sudah terdesak, Lar sebagai ladang penggembalaan kini sudah berubah fungsi menjadi sawah serta komplek pemukiman dan industri, lalu bagaimanakah prospek agribisnis kerbau sumbawa kedepan jika demikian. Semoga saja eksistensi kerbau ditengah-tengah masyarakat sumbawa tetap bisa kita pertahankan bersama-sama.

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Perkembangan Lawas Sumbawa

Sumbawa (Samawa) mempunyai karya sastra lisan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman dahulu, salah satunya dalam bentuk puisi lisan. Puisi lisan yang dikenal dengan nama lawas merupakan media komunikasi dan ekspresi bagi masyarakat pemiliknya. Lawas sebagai fenomena budaya merupakan cerminan dari nilai-nilai yang hidup pada masyarakat di zamannya, karena itu nilai budaya tersebut sangat bersifat kontekstual. Lawas sebagai salah satu bentuk sastra lisan dalam masyarakat Sumbawa (Samawa) merupakan fenomena kebudayaan yang akan tetap hadir di tengah-tengah masyarakatnya. Cerminan nilai budaya daerah telah digunakan dalam mengembangkan budaya nasional, sehingga menempatkan sastra lisan sebagai bagian dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan. Maka sudah sepantasnyalah mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk menindaklanjuti semua itu dalam berbagai bentuk kegiatan. Lawas telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakatnya dalam berbagai...

Teluk Saleh Sumbawa, Rumahnya Pulau-Pulau Indah

Teluk Saleh, Pantai, pasir putih, lautan biru dan keragaman biota laut, merupakan suguhan menarik bagi para pecinta wisata bahari. Ada banyak lokasi menarik untuk menikmati kekayaan alam tersebut, begitupun apabila anda sedang berada di Pulau Sumbawa. Salah satu lokasi menarik untuk anda kunjungi ketika berlibur ke Pulau Sumbawa adalah Teluk Saleh yang memiliki keragaman dan kekayaan alam mengaggumkan. Nama Saleh dari teluk ini adalah nama yang hingga kini tak dikenal asal usulnya, tidak terdapat dalam catatan sejarah, baik catatan kuno maupun modern. Dalam beberapa Atlas lama, nama Teluk Saleh disebut “ Sallee”. Tapi yang jelas nama Saleh bukanlah nama raja-raja yang pernah berkuasa di pulau Sumbawa. Bukan pula nama seorang tokoh terkenal di Sumbawa. Jadi nama Saleh dari teluk ini masih merupakan sebuah misteri. Dalam bentangan luas laut birunya yang berkilau, teluk ini dihiasai oleh pulau-pulau cantik tak bertuan. Ada beberapa diantaranya yang dihuni oleh suku Bajo dan Bugis yang ber...

Sejarah Hubungan Kesultanan Sumbawa Dengan Kesultanan Banjar

Sejarah Hubungan Kesultanan Sumbawa Dengan Kesultanan Banjar (foto:Google) Sejak masa kerajaan dahulu atau sekitar abad ke-17, penduduk yang mendiami suatu daerah telah berbaur dengan daerah lain. Bugis, Makassar, Bali, Lombok dan sebagainya. Oleh karena itu tidak asing bagi suatu daerah termasuk di Sumbawa, kita telah mengenal berbagai suku yang ada di dalamnya. Termasuk di antarnaya Banjar. Tapi apakah suku ini memiliki hubungan dengan suku Sumbawa? tentu membutuhkan penalaran sejarah untuk mengungkapnya. Berikut beberapa catatan kecil tentang hubungan kesultanan Sumbawa dengan kesultanan Banjar. Periode Pertama Menurut hikayat Banjar dan Kotawaringin, pada masa pemerintahan sultan Banjar, sultan Rakyatullah (1660-1663) sempat menjalin hubungan bilateral dengan kerajaan Selaparang melalui ikatan perkawinan Raden Subangsa (Raden Marabut) bin pangeran Martasinga keturunan sultan Hidayatullah I bin sultan Rahmatullah yang menikah dengan Mas Surabaya puteri Selaparang. Hasil perkawinan t...