Skip to main content

Menjadi Pengrajin Rotan di Sumbawa Barat, Pak Ali Masih Bertahan


Hasil Kerajinan Pak Ali

Pak Ali, demikian nama panggilan akrabnya. Sosok pengrajin rotan asal Sumbawa Barat ini bisa dikatakan sebagai satu pengrajin rotan asal daerah ini yang masih tersisa.

Pak Ali masih terus membuat kerajinan dari rotan, bidang kerajinan yang sudah ditekuninya sejak masa kecil. Berbagai kreasi kerajinan seperti ayunan bayi, vas bunga, tempat sampah, kursi lantai dan beberapa lagi masih terus diproduksi olehnya memenuhi kebutuhan pelanggan.

Kepandaian membuat kerajinan didapatkannya secara otodidak dan turun menurun dari keluarganya, terutama dari sang ayah. Hanya dengan melihat gambar, Pak Ali bisa membuat kerajinan rotan sesuai dengan gambar yang ditunjukkannya.

“Setelah bahan siap, rotan lantas direndam beberapa menit. Ini dilakukan agar pada saat dilekukkan rotan tidak patah. Setelah itu rotan mulai dibentuk. Satu persatu rotan dilekukkan sesuai keinginan hingga selesai. Setelah jadi, kerajinan akan dikompor untuk menghilangkan barangkali ada rotan-rotan kecil yang akan mengganggu keindahan kerajinan.

Setelah itu, kemudian kerajian diamplas agar kesannya lebih halus. Langkah berikutnya memberi lem, agar antara rotan yang satu dengan yang lain tidak meregang. Memasuki tahap finishing, kerajinan diplitur,” jelasnya mengenai proses pembuatan kerajinan rotan.

Sebelum 1985, pak Bolang-Ayah pak Ali-adalah seorang pandai besi. Menurut cerita pak Ali, usaha pak Bolang cukup sukses. Banyak pesanan dari segala penjuru Sumbawa. Namun sejak 1985, pak Bolang beralih profesi menjadi pengrajin rotan.

Keputusan ini terbilang tepat. Ternyata tidak hanya berdampak baik terhadap perekonomian keluarga pak Bolang, tetapi juga terhadap warga di sekitar pak Bolang. Mereka ikut pula membuat usaha kerjinan rotan. Namun entah dengan alasan apa, sekarang hanya kerajinan pak Ali saja yang masih bertahan.

Hasil Kerajinan Rotan

Pak Ali sendiri tidak tahu, dari mana ayahnya mendapat keterampilan tersebut. Pokoknya, seingat pak Ali, semenjak duduk dibangku sekolah menengah pertama, ia sudah bergelut dengan rotan hingga sekarang.

Pengalamannya melakukan magang di Cirebon, Kebumen hingga Jogjakarta telah membantunya dalam meningkatkan kemampuan dan wawasan. Hasilnya, banyak produk kerajinannya mulai banyak dikirim keluar di berbagai daerah, seperti Lombok, Bima, dan Sumbawa. Namun permintaan dari lokal wilayahnya juga semakin meningkat, terutama saat menjelang lebaran.

Pak Ali juga bersedia untuk berbagi ilmu pengetahuan tentang kerajinan rotan. Kepada siapapun yang ingin belajar tentang kerajinan rotan, Pak Ali siap membagikan ilmu dan pengetahuannya. Keinginannya agar pengrajin rotan di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat bertambah sehingga bisa meningkatkan ekonomi daerahnya.

Sumber: Kerajinan.id

Comments

Popular posts from this blog

Labaong Bukit Timbunan Tulang, Cerita Rakyat Dalam Sebuah Buku

Judul: Labaong Bukit Timbunan Tulang Pengarang: Soedjono Masdi Samidjo Tebal Buku: 93 Halaman Buku karya Soedjono Masdi ini menceritakan tentang legenda tentang seorang Puteri Raja yang terbuang menjadi tutur pinutur dari generasi ke generasi. Konon di sebuah bukit ia dikucilkan karena tubuhnya menjijikan. Sang puteri itu menyatu dengan bukit itu. La Gawa  adalah seorang yang disegani di wilayahnya (Sumbawa), dia juga pemimpin bajak laut Bintang Tiga. Para Kolonial sangat benci dengannya, begitupula dengan mertua La Gawa sendiri (Rangga). La Gawa tidak pernah mematuhi perintah yang diberikan oleh mertuanya karena ia tahu bahwa mertuanya hanya mengingikan jabatan tinggi di kerajaan. Suatu hari La Gawa diusir oleh mertuanya karena ia tanpa sengaja telah memukuli istrinya sendiri. La Gawa pun menggembara tanpa seorng istri di sampingnya (Lala Bueng).  La Gawa bertekad akan berkorban demi rakyat serta wilayah tempat tinggal istrinya. La Gawa dating ke Port Roterdam di Makasar untuk menemui

Asal Mula Batu Balo

Batu Balo adalah cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Desa Empang Bawa, Kecamatan Empang, Sumbawa. Pada zaman dulu tersebutlah seorang raja bernama Raja Kepe. Raja Kepe memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dara Belang. Tibalah suatu hari, sang raja memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menikahkan putrinya dengan seorang raja asal negeri Garegat bernama Balo Kuntung. Hal ini dilakukan karena Raja Kepe telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Balo Kuntung tersebut. Mengetahui hal itu, Dara Belang sangat senang, dia akan mengakhiri masa mudanya karena akan segera dipersunting oleh Balo Kuntung yang telah diketahuinya memiliki rupa yang sangat tampan dan tubuh perkasa. Dara Belang pun tidak sabar menunggu hari baik dalam hidupnya itu. Hingga suatu hari, tersiar kabar bahwa Balo Kuntung dan keluarga besarnya akan mengunjungi keluarga Raja Kepe. Tibalah hari yang dinantikan kedua pihak keluarga, Balo Kuntung beserta rombonganpun segera berlayar

'Lalu Dia Lala Jinis' Cerita Rakyat Dalam Sebuah Novel

Sebuah novel karya sastrawan sumbawa Dinullah Rayes ini menceritakan tentang perjuangan cinta antara putri dari kerajaan seran yang sangat cantik jelita Lala Jinis dengan seorang pangeran yang tampan asal negeri Alas Lalu Dia. Cerita rakyat ini telah ada sejak zaman dahuluu dan turun temurun dikalangan masyarakat. Bahkan beberapa waktu lalu cerita rakyat yang sarat akan perjuangan cinta ini, pernah ditampilkan dalam sebuah drama oleh sanggar seni Lonto Engal ditaman budaya mataram dan terbilang sukses. Lala Jinis adalah seorang putri raja Seran yang sangat cantik jelita, oleh karena itu banyak laki-laki yang mengidamkannya, tak terkecuali Ran Pangantan, seorang putra panglima besar di kerajaan Seran kala itu. Terpesona oleh kecantikan serta latar belakang keluarga lala jinis yang kaya raya, Ran Pangantan bersama ayahandannya pun melamar sang putri. Niat Ran pangantan untuk mempersunting Lala jinis lansung diterima oleh sang Raja dan permaisuri. Dari situlah penderitaan Lala Jinis dimul