Skip to main content

Berkunjung ke Maluku Utara, Fahri Minta Pertahankan Tradisi Islam

Fahri Hamzah saat menjadi khotib di Masjid raya Al-Munawwar Ternate, Maluku Utara

Sumbawanesia - Wakil Ketua DPR-RI Fahri Hamzah meminta agar masyarakat Maluku Utara (Malut) mempertahankan tradisi Islam dengan menghidupkan seluruh majelis taklim dan madrasah sehingga melahirkan umat yang beriman untuk mengajak ke jalan kebaikan.

"Tentunya sebagai umat terbesar di Malut, harusnya tradisi Islam dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjaga toleransi antar-sesama agama," katanya usai melaksanakan shalat Jumat di Masjid Raya Al-Munawwar Ternate, Jumat (4/8/2017).

Menurut dia, satu-satunya cara untuk mengajak umat untuk berbuat baik dengan menjalankan seluruh ruh Islam dengan bersyukur kepada sang pencipta atas berbagai karunia yang diberikannya selama ini.

Sebab, kata Fahri, Malut terkenal sebagai daerah empat Kesultanan Islam tertua ini harus melahirkan masyarakatnya yang bernuansa Islamiah agar tetap beriman dan mengamalkan semua perintah sang pencipta.

Sehingga, stigma negatif yang dialamatkan kepada umat Islam selama ini bisa hilang, hal ini terlihat dari adanya kriminalisasi kepada ulama dan adanya pemikiran negatif kepada umat Islam karena adanya terorisme.

Oleh karena itu, dirinya meminta kepada umat Islam di Malut untuk terus membangun semangat kebersamaan dan melindungi kaum minoritas guna menciptakan kerukunan antar-beragama.

Kehadiran Wakil Ketua DPR-RI ke Malut selama sepekan ini dimanfaatkan sejumlah elemen mahasiswa dan ormas untuk mengundangnya menjadi pembicara dalam berbagai forum di Malut.

Sehingga, selain menjadi khatib, Fahri Hamzah akan didaulat sebagai pembicara dalam diskusi kebangsaan yang digagas Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Malut yang mengangkat tema meneguhkan jalan Indonesia dan menagih janji Presiden Jokowi.

Sebelumnya, Wakil Ketua DPR-RI Fahri Hamzah memilih untuk berlibur bersama keluarga di Kota Tidore Kepulauan (Tikep), karena istrinya memiliki hubungan keluarganya di kota ini.

Menurut dia, ini merupakan kunjungannya mengisi liburnya sebagai anggota DPR-RI dengan mengunjungi kawasan Timur khususnya di Tidore ini merupakan kawasan sejarah yang terdiri dari Bacan, Jailolo, Tidore dan Ternate.

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Perkembangan Lawas Sumbawa

Sumbawa (Samawa) mempunyai karya sastra lisan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman dahulu, salah satunya dalam bentuk puisi lisan. Puisi lisan yang dikenal dengan nama lawas merupakan media komunikasi dan ekspresi bagi masyarakat pemiliknya. Lawas sebagai fenomena budaya merupakan cerminan dari nilai-nilai yang hidup pada masyarakat di zamannya, karena itu nilai budaya tersebut sangat bersifat kontekstual. Lawas sebagai salah satu bentuk sastra lisan dalam masyarakat Sumbawa (Samawa) merupakan fenomena kebudayaan yang akan tetap hadir di tengah-tengah masyarakatnya. Cerminan nilai budaya daerah telah digunakan dalam mengembangkan budaya nasional, sehingga menempatkan sastra lisan sebagai bagian dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan. Maka sudah sepantasnyalah mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk menindaklanjuti semua itu dalam berbagai bentuk kegiatan. Lawas telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakatnya dalam berbagai...

Teluk Saleh Sumbawa, Rumahnya Pulau-Pulau Indah

Teluk Saleh, Pantai, pasir putih, lautan biru dan keragaman biota laut, merupakan suguhan menarik bagi para pecinta wisata bahari. Ada banyak lokasi menarik untuk menikmati kekayaan alam tersebut, begitupun apabila anda sedang berada di Pulau Sumbawa. Salah satu lokasi menarik untuk anda kunjungi ketika berlibur ke Pulau Sumbawa adalah Teluk Saleh yang memiliki keragaman dan kekayaan alam mengaggumkan. Nama Saleh dari teluk ini adalah nama yang hingga kini tak dikenal asal usulnya, tidak terdapat dalam catatan sejarah, baik catatan kuno maupun modern. Dalam beberapa Atlas lama, nama Teluk Saleh disebut “ Sallee”. Tapi yang jelas nama Saleh bukanlah nama raja-raja yang pernah berkuasa di pulau Sumbawa. Bukan pula nama seorang tokoh terkenal di Sumbawa. Jadi nama Saleh dari teluk ini masih merupakan sebuah misteri. Dalam bentangan luas laut birunya yang berkilau, teluk ini dihiasai oleh pulau-pulau cantik tak bertuan. Ada beberapa diantaranya yang dihuni oleh suku Bajo dan Bugis yang ber...

Sejarah Hubungan Kesultanan Sumbawa Dengan Kesultanan Banjar

Sejarah Hubungan Kesultanan Sumbawa Dengan Kesultanan Banjar (foto:Google) Sejak masa kerajaan dahulu atau sekitar abad ke-17, penduduk yang mendiami suatu daerah telah berbaur dengan daerah lain. Bugis, Makassar, Bali, Lombok dan sebagainya. Oleh karena itu tidak asing bagi suatu daerah termasuk di Sumbawa, kita telah mengenal berbagai suku yang ada di dalamnya. Termasuk di antarnaya Banjar. Tapi apakah suku ini memiliki hubungan dengan suku Sumbawa? tentu membutuhkan penalaran sejarah untuk mengungkapnya. Berikut beberapa catatan kecil tentang hubungan kesultanan Sumbawa dengan kesultanan Banjar. Periode Pertama Menurut hikayat Banjar dan Kotawaringin, pada masa pemerintahan sultan Banjar, sultan Rakyatullah (1660-1663) sempat menjalin hubungan bilateral dengan kerajaan Selaparang melalui ikatan perkawinan Raden Subangsa (Raden Marabut) bin pangeran Martasinga keturunan sultan Hidayatullah I bin sultan Rahmatullah yang menikah dengan Mas Surabaya puteri Selaparang. Hasil perkawinan t...