Skip to main content

Sebanyak 16 Event Siap Meriahkan Festival Moyo 2017


Festival Pesona Moyo 2017 digelar sebulan penuh dari 10 September – 9 Okotober 2017, mendatang. Sedikitnya ada 16 event dalam gelaran tahunan pariwisata Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang akan digelar oleh pemerintah setempat bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Sumbawa Junaidi menyatakan, acara yang dihelat diantaranya Kemah Bakti Pelaku Wisata dan Jelajah Wisata Pulau Moyo di Pulau Moyo. Kemudian event kecamatan seperti Rantok 1000 Deneng di Kecamatan Maronge dan Pentas Budaya Empang (Raja Kepe) di Kecamatan Empang.

Selain kegiatan rutin lainnya, yang dimulai dari pembukaan Pesona Festival Moyo, Pawai Budaya, Ekspo UMKM, Temu Usaha, Main Jaran, Melala (1 Muharram 1439 H), Balap Sampan, Fishing Contest, Gebyar Pesta Jagung, Samawa 10 K, Barapan Kebo dan acara penutupan.

”Silahkan datang ke Sumbawa. Keindahan alam Pulau Moyo sudah terkenal hingga mancanegara. Lady Diana pernah singgah dan menikmati keindahan pulau ini.  Pasangan selebritis Korea Selatan Rain dan Kim Tae Hee pun memilih Pulau Moyo sebagai lokasi bulan madu mereka,” kata Junaidi berpromosi.

Junaidi menambahkan, Sumbawa yang terkenal dengan banyak destinasinya, baik alam, buatan maupun budayanya tersebar di beberapa kecamatan. Sehingga event yang ada di kecamatan perlu diakomodir dalam Festival Pesona Moyo. Bagi event kecamatan yang belum masuk dalam agenda festival Moyo, maka masuk dalam kalender tahunan pariwisata Sumbawa.

“Beberapa event kecamatan yang telah jelas jadwalnya bisa kita masukkan di Festival Moyo. Tahun depan, kita harapkan semuanya masuk dalam kalender pariwisata kita sepanjang tahun, untuk mendukung pariwisata Indonesia dan target-target Kementerian Pariwisata,” ujar Junaidi.

Masih dalam rangkaian Festival Pesona Moyo, ada event kecamatan lainnya yang masuk dalam kalender pariwisata. Seperti Festival Lantung Kampung Syahdu di bulan September juga. Kemudian Festival Sura Teja Raboran di Sebasang Moyo Hulu di bulan Oktober, Festival Budaya Lantung, Festival Tanjung Bila di Lape, Festival Lunyuk Agung di November dan lainnya.

Pihaknya juga berharap dapat melibatkan Pemerintah Provinsi dalam Festival Pesona Moyo. Agar tahun depan, Festival ini bisa masuk dalam agenda tahunan provinsi. Sehingga Kabupaten bisa fokus menggarap event yang ada di kecamatan sebagai kalender pariwisata tahunan Sumbawa. Terkait promosi pun, Sumbawa selalu berkoordinasi dengan provinsi. Sebagai langkah maju dalam mendorong pariwisata Sumbawa.

“Kita libatkan Dinas Pariwisata NTB dalam rapat finalisasi pemantapan Festival Pesona Moyo dalam waktu dekat ini,” terang H. Jun, panggilan akrabnya.

Tema besar Festival Pesona Moyo tahun ini menggambarkan tentang pengembangan pariwisata, ekonomi kreatif dan investasi. Yang dikongkretkan dalam berbagai event di Festival Moyo. Selain itu, pihaknya juga membangun kerjasama dengan pihak Angkasa Pura I untuk mendapat dukungan ruang di bandara sebagai pusat informasi pariwisata Sumbawa. Serta, kerjasama dengan pihak penerbangan Garuda untuk pembuatan majalah yang berisi event pariwisata di Sumbawa.

Junaidi menambahkan, pihaknya telah memulai langkah promosi Fetival Pesona Moyo secara efektif dan masif . Berkoordinasi dengan pihak Angkasa Pura I BIL, untuk pemasangan videotron Festival Moyo. Pemasangan baliho di sejumlah tempat strategis di Lombok. Seperti di perempatan jalan Airlangga Mataram, BIL dan jalan menuju kawasan Senggigi.

“Kecamatan diberikan ruang mempromosikan budaya dan potensi alamnya masing masing melalui festival. Festival Moyo sebagai puncaknya dari semua event di kecamatan yang masuk dalam kalender pariwisata Sumbawa,” terangnya.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berharap penyelenggaraan Festival Moyo 2017 menjadi penggerak ekonomi dan pembangunan di Kabupaten Sumbawa. “Konsep pengembangan pariwisata baru bisa berhasil jika didasarkan pada sosial ekonomi kemasyarakatan,” kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti.

Menurut dia, keterlibatan UMKM dalam setiap penyelenggaraan kegiatan pariwisata seperti festival dan carnaval akan memberi kesempatan bagi masyarakat dan pelaku industri kecil untuk berkreasi menggali potensi di daerah. Bagaimanapun, pariwsata tidak bisa dipisahkan dari sektor UMKM sebagai pendukung majunya dunia pariwisata.

“Adanya sektor UMKM dengan sendirinya dapat mengangkat pariwisata berikut budayanya. Karenanya berikan kesempatan pada pelaku UMKM untuk berkreasi,” ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, saat ini, sektor pariwisata menjadi penyumbang terbesar nomor empat bagi pendapatan negara setelah minyak bumi dan batu bara. Karena itu, potensi pariwisata tidak boleh lepas dari jasa seperti UMKM yang mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

“Ini harus menjadi tanggung jawab dan sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah. Jika dipoles tentu akan semakin baik,” ujar Menpar Arief Yahya.

Menurutnya, potensi pariwisata ada tiga. Yakni alam, budaya dan buatan. Kabupaten Sumbawa memiliki alam dan budaya. Untuk itu kedua potensi ini harus bisa dikembangkan.

"Dengan sering menyelenggarakan potensi pariwisata, maka akan semakin banyak terekspose dan orang mulai melihat dan berkunjung. Karenanya masyarakat harus mendapat manfaat langsung dari kegiatan ini,” katanya.

Sejumlah agenda pariwisata unggulan yang digelar di Lombok-Sumbawa  pada 2017 antara lain: Lombok Sumbawa Pearl Ferstival (10-12 Juni), Bulan Pesona Lombok Sumbawa (18 Agustus-16 September).

Selanjutnya, Festival Pesona Mentaram (21-23 Agustus); Festival Pesona Senggigi (16-19 September); Mandalika Tour D`Lombok (22-23 September); Festival Pesona Lakey, Festival Pesona Gili Indah (5-6 November); International Halal Travel Fair, dan Rinjani Golf Turnament (10 Desember)

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Perkembangan Lawas Sumbawa

Sumbawa (Samawa) mempunyai karya sastra lisan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman dahulu, salah satunya dalam bentuk puisi lisan. Puisi lisan yang dikenal dengan nama lawas merupakan media komunikasi dan ekspresi bagi masyarakat pemiliknya. Lawas sebagai fenomena budaya merupakan cerminan dari nilai-nilai yang hidup pada masyarakat di zamannya, karena itu nilai budaya tersebut sangat bersifat kontekstual. Lawas sebagai salah satu bentuk sastra lisan dalam masyarakat Sumbawa (Samawa) merupakan fenomena kebudayaan yang akan tetap hadir di tengah-tengah masyarakatnya. Cerminan nilai budaya daerah telah digunakan dalam mengembangkan budaya nasional, sehingga menempatkan sastra lisan sebagai bagian dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan. Maka sudah sepantasnyalah mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk menindaklanjuti semua itu dalam berbagai bentuk kegiatan. Lawas telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakatnya dalam berbagai...

Teluk Saleh Sumbawa, Rumahnya Pulau-Pulau Indah

Teluk Saleh, Pantai, pasir putih, lautan biru dan keragaman biota laut, merupakan suguhan menarik bagi para pecinta wisata bahari. Ada banyak lokasi menarik untuk menikmati kekayaan alam tersebut, begitupun apabila anda sedang berada di Pulau Sumbawa. Salah satu lokasi menarik untuk anda kunjungi ketika berlibur ke Pulau Sumbawa adalah Teluk Saleh yang memiliki keragaman dan kekayaan alam mengaggumkan. Nama Saleh dari teluk ini adalah nama yang hingga kini tak dikenal asal usulnya, tidak terdapat dalam catatan sejarah, baik catatan kuno maupun modern. Dalam beberapa Atlas lama, nama Teluk Saleh disebut “ Sallee”. Tapi yang jelas nama Saleh bukanlah nama raja-raja yang pernah berkuasa di pulau Sumbawa. Bukan pula nama seorang tokoh terkenal di Sumbawa. Jadi nama Saleh dari teluk ini masih merupakan sebuah misteri. Dalam bentangan luas laut birunya yang berkilau, teluk ini dihiasai oleh pulau-pulau cantik tak bertuan. Ada beberapa diantaranya yang dihuni oleh suku Bajo dan Bugis yang ber...

Sejarah Hubungan Kesultanan Sumbawa Dengan Kesultanan Banjar

Sejarah Hubungan Kesultanan Sumbawa Dengan Kesultanan Banjar (foto:Google) Sejak masa kerajaan dahulu atau sekitar abad ke-17, penduduk yang mendiami suatu daerah telah berbaur dengan daerah lain. Bugis, Makassar, Bali, Lombok dan sebagainya. Oleh karena itu tidak asing bagi suatu daerah termasuk di Sumbawa, kita telah mengenal berbagai suku yang ada di dalamnya. Termasuk di antarnaya Banjar. Tapi apakah suku ini memiliki hubungan dengan suku Sumbawa? tentu membutuhkan penalaran sejarah untuk mengungkapnya. Berikut beberapa catatan kecil tentang hubungan kesultanan Sumbawa dengan kesultanan Banjar. Periode Pertama Menurut hikayat Banjar dan Kotawaringin, pada masa pemerintahan sultan Banjar, sultan Rakyatullah (1660-1663) sempat menjalin hubungan bilateral dengan kerajaan Selaparang melalui ikatan perkawinan Raden Subangsa (Raden Marabut) bin pangeran Martasinga keturunan sultan Hidayatullah I bin sultan Rahmatullah yang menikah dengan Mas Surabaya puteri Selaparang. Hasil perkawinan t...