Skip to main content

Asal Mula Batu Balo


Batu Balo adalah cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Desa Empang Bawa, Kecamatan Empang, Sumbawa. Pada zaman dulu tersebutlah seorang raja bernama Raja Kepe. Raja Kepe memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dara Belang.

Tibalah suatu hari, sang raja memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menikahkan putrinya dengan seorang raja asal negeri Garegat bernama Balo Kuntung. Hal ini dilakukan karena Raja Kepe telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Balo Kuntung tersebut.

Mengetahui hal itu, Dara Belang sangat senang, dia akan mengakhiri masa mudanya karena akan segera dipersunting oleh Balo Kuntung yang telah diketahuinya memiliki rupa yang sangat tampan dan tubuh perkasa. Dara Belang pun tidak sabar menunggu hari baik dalam hidupnya itu.

Hingga suatu hari, tersiar kabar bahwa Balo Kuntung dan keluarga besarnya akan mengunjungi keluarga Raja Kepe. Tibalah hari yang dinantikan kedua pihak keluarga, Balo Kuntung beserta rombonganpun segera berlayar ke negeri Raja Kepe untuk mempersunting Dara Belang.

Mengingat jarak yang cukup jauh, Balo Kuntung dan Keluarganya membawa persediaan makanan yang cukup untuk diperjalanan. Berhari-hari diperjalanan, negeri tujuanpun sudah didepan mata, para rombongan semakin bersemangat untuk mendayung perahu lebih cepat agar segera sampai ditempat tujuan.

Tak disangka, dalam perjalanan yang sudah semakin dekat, para rombongan dihempas ombak yang begitu dahsyat, sehingga Balo Kuntung memutuskan untuk berhenti sejenak karena perahu yang membawa rombongan tak kuasa melawan kerasnya ombak.

Khawatir akan hal itu, Saudara Balo Kuntung bertanya "Apakah kita akan melanjutkan perjalan?, padahal sudah mau sampai, tapi ombaknya semakin besar". Balo Kuntung menjawab "Saudaraku, aku sudah berniat untuk mempersunting putri Dara Belang, apapun yang akan terjadi, aku akan tetap melanjutkan perjalan, meskipun aku harus menjadi batu ditengah laut". Mendengar jawaban Balo Kuntung, para rombongan akhirnya kembali melanjutkan perjalanan.

Ketika perahu baru berjalan beberapa meter, tiba-tiba Balo Kuntung berubah pikiran, Balo Kuntung mengajak para rombongan untuk kembali ke negerinya mengingat ombak besar dan badai akan segera datang.

Tak sempat memutar balik perahu, Badai dan ombak besar yang ditakutkan pun datang dengan seketika dan menghempas perahu yang ditumpangi para rombongan. Balo Kuntung dan rombongannya terhempas dengan sangat keras dan tewas ditengah laut.

Dara Belang yang mendengar berita mengenai kejadian yang menimpa Balo Kuntung seakan tidak percaya, dirinya tak kuasa menahan tangis karena calon suaminya telah mati ditelan ombak. Diapun memutuskan untuk bunuh diri dengan cara terjun ke laut menyusul Balo Kuntung.

Disalah satu lahan milik petani diwilayah desa Empang Bawa Kecamatan Empang, terdapat sebuah batu menyerupai Buaya. Itulah yang membuat masyarakat semakin percaya akan cerita rakyat ini. Dan seperti yang kita ketahui, laut Dara Belang terletak diwilayah bagian desa Jotang, laut ini oleh sebagian masyarakat dikenal memiliki kekuatan mistis, dan ombak yang ganas.

Comments

Popular posts from this blog

'Lalu Dia Lala Jinis' Cerita Rakyat Dalam Sebuah Novel

Sebuah novel karya sastrawan sumbawa Dinullah Rayes ini menceritakan tentang perjuangan cinta antara putri dari kerajaan seran yang sangat cantik jelita Lala Jinis dengan seorang pangeran yang tampan asal negeri Alas Lalu Dia. Cerita rakyat ini telah ada sejak zaman dahuluu dan turun temurun dikalangan masyarakat. Bahkan beberapa waktu lalu cerita rakyat yang sarat akan perjuangan cinta ini, pernah ditampilkan dalam sebuah drama oleh sanggar seni Lonto Engal ditaman budaya mataram dan terbilang sukses. Lala Jinis adalah seorang putri raja Seran yang sangat cantik jelita, oleh karena itu banyak laki-laki yang mengidamkannya, tak terkecuali Ran Pangantan, seorang putra panglima besar di kerajaan Seran kala itu. Terpesona oleh kecantikan serta latar belakang keluarga lala jinis yang kaya raya, Ran Pangantan bersama ayahandannya pun melamar sang putri. Niat Ran pangantan untuk mempersunting Lala jinis lansung diterima oleh sang Raja dan permaisuri. Dari situlah penderitaan Lala Jinis dimul

Labaong Bukit Timbunan Tulang, Cerita Rakyat Dalam Sebuah Buku

Judul: Labaong Bukit Timbunan Tulang Pengarang: Soedjono Masdi Samidjo Tebal Buku: 93 Halaman Buku karya Soedjono Masdi ini menceritakan tentang legenda tentang seorang Puteri Raja yang terbuang menjadi tutur pinutur dari generasi ke generasi. Konon di sebuah bukit ia dikucilkan karena tubuhnya menjijikan. Sang puteri itu menyatu dengan bukit itu. La Gawa  adalah seorang yang disegani di wilayahnya (Sumbawa), dia juga pemimpin bajak laut Bintang Tiga. Para Kolonial sangat benci dengannya, begitupula dengan mertua La Gawa sendiri (Rangga). La Gawa tidak pernah mematuhi perintah yang diberikan oleh mertuanya karena ia tahu bahwa mertuanya hanya mengingikan jabatan tinggi di kerajaan. Suatu hari La Gawa diusir oleh mertuanya karena ia tanpa sengaja telah memukuli istrinya sendiri. La Gawa pun menggembara tanpa seorng istri di sampingnya (Lala Bueng).  La Gawa bertekad akan berkorban demi rakyat serta wilayah tempat tinggal istrinya. La Gawa dating ke Port Roterdam di Makasar untuk menemui